Horor Tsunami Selimuti Warga Cemarajaya
CIBUAYA, RAKA – Perairan Karawang memang dinilai dangkal, namun tak sedikit masyarakat yang menjadi korban air rob, khususnya masyarakat di Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya. Terakhir rob terjadi pada Mei 2018 lau. Sedikitnya 177 kepala keluarga di sepanjang garis pantai desa itu menjadi korban dan harus direlokasi ke lokasi aman.
Saat ini, menyusul terjadinya tsunami selat sunda yang memporak porandakan empat kecamatan di Propinsi Banten dan Lampung, masyarakat Desa Cemarajaya dilanda kecemasan, terlebih jika air laut sudah pasang. “Sekarang ini masyarakat pesisir pantai di Cemarajaya ini dilanda rasa was-was tsunami. Mereka berharap pemerintah memasang alat deteksi tsunami,” ucap Sekretaris Kelompok Kerja Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (KKPMP) Karawang Wanusuki, Rabu (27/12).
Tidak itu saja, Wanusuki juga mengingatkan agar masyarakat yang berada di sepanjang bibir pantai Karawang tetap waspada dengan keadaan alam yang tak dapat di rediksi. Meskipun perairan Karawang dinilai dangkal, namun bencana air rob bukan hal baru bagi masyarakat pesisir. Terutama bagi mereka yang mendirikan bangunan rumahnya tepat di bibir pantai.
Selain kewaspadaan, banyak solusi untuk mengantisipasi jatuhnya korban jika terjadinya air rob atau bahkan tsunami. Salah satu caranya yaitu dengan memperbaiki sabuk pantai, selain alat deteksi tsunami. Hal itu berguna sebagai tanda atau peringatan kepada masyarakat pesisir jika ada gelombang air laut datang. “Kalaupun ada gelombang pasang, akan lebih baik jika di pasang alat deteksi tsunami. Supaya masyarakat bisa mengetahui adanya gelombang air laut,” ucapnya.
Sebelumnya, Kades Cemarajaya Yongliem Supardi mengatakan bencana rob sempat menerjang masyarakatnya yang tinggal di bibir pantai 2 hari berturut-turut, dan pada saat itu bertepatan dengan gempa yang terjadi di Kota Banda Aceh. Terjadinya air rob yang sempat melanda desanya di duga imbas dari gempa tersebut. (rok)