Hujan, Produksi Keramik Turun
PURWAKARTA, RAKA – Curah hujan yang tinggi ternyata memberikan dampak negatif bagi perajin gerabah dan keramik Plered. Hal itu dikarenakan proses pengeringan atau penjemuran gerabah harus memanfaatkan sinar matahari.
Fatah (50), salah satu perajin gerabah menyampaikan, biasanya waktu pengeringan memakan waktu 2 sampai 3 hari. Tapi saat curah hujan tinggi, proses pengeringan memakan waktu 4 hari sampai 1 pekan. “Proses pengeringan menjadi lebih lama sehingga berpengaruh terhadap menurunnya produksi. Kalau dipersentasekan, penurunannya mencapai 50 persen dibandingkan normal,” ujar Fatah, kepada Radar Karawang, Rabu (12/12).
Fatah menjelaskan, curah hujan yang tinggi membuat dirinya hanya mampu mengirim gerabah dan keramik sebanyak dua mobil bak terbuka saja. “Biasanya dalam sepekan bisa kirim gerabah dan keramik sampai dua kendaraan bak terbuka. Kini maksimal pengiriman hanya satu bak terbuka dalam sepekan,” katanya.
Hal senada disampaikan Jejen (50), salah satu perajin keramik Desa Anjun, Kecamatan Plered. Ia mengaku pencapaian target turun 30 hingga 40 persen.
Untuk mensiasati kian menurun target pembuatan, kini perajin mengandalkan pengeringan gerabah-gerabahnya dengan sistem pengeringan menggunakan rak-rak, yang mengandalkan hembusan angin. “Untuk menyiasati agar tetap berproduksi, kami mengeringkan gerabah di atas rak-rak yang dibuat dengan bahan seadanya. Agar gerabah bisa kering dengan hembusan angin,” kata Jejen.
Jejen mengatakan, selain bahan baku, fator cuaca sangat mendukung perajin dalam mengolah hiasan berbahankan tanah liat itu. “Di saat cuaca normal, biasanya saya bisa memproduksi gerabah hingga 90 persen, dengan total produksi 50 buah gerabah berbagai jenis dan ukuran,” katanya.
Keramik Anjun Plered merupakan ikon Kabupaten Purwakarta. Karena, selain pasar lokal gerabah tersebut juga sudah tembus pasar manca negara.
Data yang berhasil dihimpun dari Balai Penelitian dan Pengembangan (Litbang) yang telah diekspor yaitu pada 2014 lalu, keramik Plered yang ke luar negeri mencapai 75 kontainer. Lalu, pada 2015 jumlahnya naik mencapai 80 kontainer. Kemudian, di tahun 2016, ekspor keramik kembali mengalami kenaikam mencapai 112 kontainer, sampai akhir 2017 kemarin, ekspor produk kriya ini menembus 120 kontainer. Diprediksi tahun 2018 ekspornya bisa lebih dari 120 kontrainer. (gan)