Hutan Mangrove Tercemar Minyak

CILAMAYA KULON, RAKA – Perlahan tapi pasti, dampak pencemaran minyak Pertamina mulai menghantui hutan mangrove di pesisir Karawang.
Apalagi jika ada perubahan arus laut yang biasa terjadi sekitar bulan September hingga Desember. Dipastikan mangrove di beberapa pantai di Tempuran, Cilamaya Kulon dan Cilamaya Wetan akan tercemar.
Pegiat lingkungan Dusun Pasirputih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Ahmad Fanani mengatakan, saat ini ada beberapa tanaman bakau yang mulai tercemar minyak, tepatnya di bagian barat hutan mangrove Pasirputih.
Meski hanya satu persen, namun hal itu bisa jadi gambaran kepada nelayan atau masyarakat pesisir pantai, jika limbah sudah mulai mengancam. “Sudah mulai perubahan arus. Dipastikan pantai kita akan kena dampaknya juga,” katanya kepada Radar Karawang, Rabu (21/8).
Ia melanjutkan,
pemerintah harus bergerak lebih cepat untuk menangani keruwetan yang terjadi. Jangan sampai nelayan dan masyarakat pesisir pantai rugi dua kali. “Rugi dalam hal ekonomi, rugi juga kalau pohon mangrove penahan abrasi mati terkena cemaran limbah,” ketusnya.
Melihat fenomena ini, dia mempertanyakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang jumlahnya seabrek di Karawang. Pasalnya, sejak saat kejadian kebocoran limbah, tak ada satupun yang berupaya untuk menangani bencana yang menimpa para nelayan Karawang. “Sampai sekarang belum ada LSM yang perhatian dengan nasib nelayan,” ujarnya.
Menurutnya, bencana ini bukan main-main. Banyak diantara nelayan yang merasa kesulitan untuk mempertahankan hidup, ladang usaha nelayan tradisional hampir tak bisa dijumpai, hasil tangkapan menurun drastis, sementara bencana masih saja berlangsung.
Pokmaswas Pasirputih Suheri mengatakan, hingga saat ini nelayan masih sibuk memunguti limbah di laut. Belum ada perubahan yang signifikan sejak terjadinya kebocoran minyak tersebut. “Masih seperti biasa, nelayan masih memunguti limbah di laut,” ucapnya.
Mengenai arus, kata Suheri sekitar September-Desember biasanya terjadi perubahan arus, sementara saat ini masih arus timur yang membawa limbah minyak ke wilayah barat. (rok)