KARAWANG, RAKA – Sejak dua tahun terakhir, malam tahun baru Imlek digelar tanpa perayaan. Meski demikian, persiapan di setiap kelenteng tetap dilaksanakan. Pasalnya, momen tersebut biasanya dijadikan sebagai momentum bagi kaum Tionghoa untuk melaksanakan ritual peribadatan di kelenteng-kelenteng.
Selain pada malam hari, ibadah juga dilaksanakan pada pagi hari saat memasuki tanggal 1 Imlek. “Pertama sembahyang kepada Tuhan, kemudian meminta petunjuk kepada para dewa,” ujar Wawan Kurniawan yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Umum Yayasan Darma Prasada Mahameta saat ditemui Radar Karawang di Vihara Tjou Soe Kong, kemarin.
Ia melanjutkan, menjelang tahun baru ini kegiatan memandikan patung para dewa rutin dilaksanakan oleh para umat. Selain memandikan patung dewa, baju dewa juga diganti atau dicuci agar terlihat bersih seperti baru. “Tahun baru imlek ini kan kita beli baju baru, jadi patung dewa juga kita bersihkan dan mengganti baju. Kalaupun tidak ya kita cuci bajunya,” jelas Wawan kepada Radar Karawang.
Wawan menuturkan, ada beberapa dewa yang populer di kalangan Tionghoa. Diantaranya Hok Tek Cen Sin, Dewi Kuan Im dan beberapa dewa lain. Hok Tek Cen Sin atau dewa malaikat bumi diyakini jika selalu berbuat kebajikan maka hokinya akan datang. Adapun Dewi Kuan Im yaitu dewi welas asih yang merupakan dewa paling populer di Tionghoa. Selain dua dewa tadi, ada juga Dewa Tjou Soe Kong. Dewa ini adalah dewa pertanian dan pengobatan yang sampai saat ini diyakini untuk meminta petunjuk pengobatan bagi umat yang sedang sakit. “Ada ritualnya, nanti dilihat apa yang keluar menjadi obatnya,” jelas Wawan.
Wawan juga menambahkan, perayaan bagi warga Tionghoa itu bukan pada saat tahun baru Imlek. Melainkan pada tanggal 15 Imlek atau yang biasa disebut Cap Go Meh. Namun sudah dua tahun terakhir ini tidak dirayakan karena kondisi pandemi. “Tahun ini juga tidak ada perayaan,” tambahnya.
Sementara itu, penjaga Vihara Buddha Sasana, Apin mengatakan sepekan sebelum perayaan hari Imlek, dirinya sudah memasang pernak-pernik seperti lampion dan hiasan bunga sakura. Kata Apin, perayaan imlek tahun ini di Vihara Buddha Sasana tidak akan seramai tahun sebelum karena wabah virus corona. “Walaupun tidak ada acara pada saat Imlek, tapi hiasan seperti ini kan sudah menjadi tradisi imlek,” katanya sambil menunjukan hiasan bunga sakura, Minggu (30/1).
Lebih lanjut Apin menyebut, hiasan pohon sakura yang menghiasi vihara itu merupakan buah karyanya yang dibuat dari barang bekas sejak pekan lalu. Adapun kata dia, limbah yang digunakan yaitu dari ranting pohon pucuk merah dan hiasan bunga bekas yang dirangkai ulang. “Bunganya ini dari bekas tahun lalu, terus dicuci lagi. Jadi hiasan pohon sakura ini dari limbah, paling lampunya aja yang baru,” imbuh Apin.
Meski perayaan imlek 2573 dirayakan secara sederhana. Apin berharap tahun baru nanti bisa lebih baik, terutama untuk pandemi Covid-19 segera berlalu. “Kita ingin supaya tahun ini semuanya sehat, karena pandemi ini banyak orang yang sakit,” ujarnya.
Dicky Septian (22) mengaku kangen dengan suasana perayaan imlek sebelum pandemi. Apalagi saat perayaan Cap Go Meh. Namun, sudah beberapa tahun ini tidak ada acara tersebut. “Kangen banget dengan acara Cap Go Meh, soalnya kita juga di sana bisa menampilkan barongsai,” ujarnya. (nce/mra)