KABAR duka datang dari keluarga Presiden ketiga Republik Indonesia, BJ Habibie. Mantan orang nomor satu di Indonesia itu wafat di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.
Kepala RSPAD Gatot Soebroto dr Terawan mengiyakan kabar tersebut. “Benar pukul 18.05 Presiden BJ Habibie tutup usia,” katanya, Rabu (11/9). Pria asal Pare-pare Sulawesi Selatan itu meninggal dunia pada usia 83 tahun.
Sehari sebelumnya putra kedua Habibie, Thareq Kemal mengatakan, ayahnya memang memiliki masalah dengan jantung sejak muda. Beberapa hari sebelumnya diungsikan ke rumah sakit lantaran butuh istirahat.
Karena jika istirahat di rumah, orang tuanya tidak akan bisa bersitirahat total. Siapapun bisa datang menjenguk. Sehingga ayahnya tetap beraktifitas. “Sedangkan beliau mohon benar-benar dimengerti, kecuali terpenting. Mohon doanya saja,” ujar anak kedua pasangan Habibie-Ainun itu saat jumpa pers di RSPAD, Senin (10/9). Kemarin, Thareq juga menyebutkan, kondisi ayahnya sangat stabil. Haya saja butuh istirahat agar kondisinya bisa fit kembali.
Karier BJ Habibie
Habibie menjadi presiden ketiga Republik Indonesia setelah Presiden Soeharto lengser keprabon pada 21 Mei 1998. Saat itu dia menjabat sebagai wakil presiden. Sesuai konstitusi di Indonesia, jika presiden mengundurkan diri, maka wakil presiden akan menggantikannya.
Karir Habibie mulai menanjak sejak dipercaya menjadi Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia. Dia juga dikenal sebagai Bapak Teknologi Indonesia atas sederet prestasi gemilangnya.
BJ Habibie memiliki spesialisasi keilmuan konstruksi pesawat terbang. Dia mulai menekuninya saat belajar di RWTH Aechen University Jerman Barat, sejak tahun 1955. Di kampus tersebut dia memperoleh gelar diploma ingenieur pada tahun 1960. Namun sebelum belajar di Jerman, habibie pernah pula mengenyam pendidikan di ITB.
Lima tahun setelah memperoleh gelar diploma ingenieur, Habibie mendapat gelar doktor dengan predikat summa cum laude di masih di kampus yang sama, Aechen University.
Setelah lulus kuliah S3, suami Ainun Habibie ini bekerja di industri pesawat terbang, Messerschmitt-Bolkow-Blohm, yang berpusat di Hamburg Jerman. Pada tahun 1973 Presiden Soeharto memanggilnya untuk mengabdi di Tanah Air.
Habibie tercatat pernah menjadi Penasihat Dirut Pertamina (1974-1978), Dirut Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) Bandung (1976), Dirut PT Pelayaran Armada Laut (PAL) Surabaya (1978), hingga menjadi Menteri Riset dan Teknologi, 1983 hingga 1998. (rk/dt/ti/wi)