KARAWANG

Inovasi UMKM Kuliner Desa Tegallega

PRODUKSI : Suasana ibu-ibu Desa Tegallega saat memproduksi makanan.

KARAWANG, RAKA – Pandemi Covid–19 memiliki dampak besar pada keberlangsungan bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sebab itulah sejumlah dosen Universitas Singaperbasa Karawang melakukan pendampingan UMKM di pedesaan bekerja sama dengan Dinas UMKM dan Koperasi Karawang.

Salah satu Dosen Unsika yang terlibat dalam pendampingan ini Kholidah Atiyatul Maula memaparkan, berdasarkan hasil survei, sebanyak 96% pelaku usaha di Indonesia mengaku sudah mengalami dampak negatif Covid-19 terhadap proses bisnisnya.

Kemudian 75% diantaranya mengalami dampak penurunan penjualan yang signifikan. Tak hanya itu, 51% pelaku usaha meyakini kemungkinan besar bisnis yang dijalankan hanya akan bertahan satu bulan hingga tiga bulan ke depan.

Sebanyak 67% pelaku usaha mengalami ketidakpastian dalam memperoleh akses dana darurat, dan 75% merasa tidak mengerti bagaimana membuat kebijakan di masa krisis. “Sementara, hanya 13% pelaku usaha yakin, mereka memiliki Ketahanan UMKM Jawa Timur Melintasi Pandemi Covid-19 rencana penanganan krisis dan menemukan solusi untuk mempertahankan bisnis mereka,” terangnya, Senin (14/12).

Kondisi pelaku UMKM menurun pendapatannya khususnya berbagai kota yang sempat menerapkan PSBB, tak terkecuali Karawang.
Desa Tegalega, Kecamatan Ciampel merupakan salah satu desa yang terkena dampak Pandemi Covid-19. Mayoritas pelaku UMKM di desa ini bergerak pada bidang kuliner. Tak ayal damoak negatif yang mereka rasakan adalah menurunnya omzet.

Kholidah mengatakan, awal November lalu ia bersama timnya melakukan pendampingan UMKM di Desa Tegallega dengan harapan bisa memperbaiki kondisi UMKM yang melemah saat pandemi.

Sejumlah inovasi dihadirkan, salah satunya inovasi makanan dari bahan baku pisang. Bahan baku pisang tersebut diolah menjadi nilai jual yang lebih tinggi diantaranya super banana chocolate cake, banana caramel, dan banana sticks. “Sasaran dalam kegiatan ini adalah para pelau UMKM bidang kuliner, alhamdulillah perangkat desa juga mendukung,” tuturnya.

Ia menjelaskan, bahan baku pisang tersebut proses pembuatannya dengan mencampurkan adonan coklat atau saus karamel. Adapula yang mengkolaborasi proses memasak dan memanggang bahan baku pisang setelah sebelumnya dicampur dengan adinan dan dicetak dengan alat penggiling. “Dengan diolahnya bahan baku pisang, kami berharap produk tersebut dapat menarik minat konsumen dan dapat memperbaiki konidisi UMKM di Desa Tegallega,” harapnya. (din)

Related Articles

Back to top button