Intervensi Gizi, Cegah Balita Pendek

PURWAKARTA, RAKA – Cegah Stunting (balita pendek), UPTD Puskesmas Purwakarta terapkan program intervensi gizi. Diketahui, bahwa balita pendek menggambarkan adanya gizi kronis dari calon ibu selama masa hamil.
Kepala UPTD Puskesmas Purwakarta Dr Ano Nugraha mengatakan, pihaknya saat ini menargetkan penurunan kejadian stunting tidak melebihi 28 persen dari jumlah balita se-Purwakarta. “Selama masa hamil ibu tidak boleh gizi buruk, atau ibu hamil kurang energi dan kalori. Ibu hamil yang kurang energi dan kalori ditandai dengan lingkar lengan atas kurang dari 23 cm, kemudian pada masa bayi sudah lahir harus dipantau tinggi dan gizinya,” tambahnya.
Dijelaskannya, penambahan status gizi buruk juga akan dialami balita ketika balita tersebut sering terkena penyakit. “Ada standar panjang badan menurut umur dan tinggi badan menurut umur. Tinggi badannya tidak kurang dari -2 standar deviasi. Standarnya ada grafik sendiri untuk tinggi badan kalau berat badan standarnya di Kartu Menuju Sehat (KMS),” terangnya.
Masih kata Ano, faktor keturunan yang menyebabkan balita pendek juga bisa diatasi ketika pemberian gizi pada bayi seimbang. “Kalau misalnya ibu pendek dan bapaknya pendek, cenderung bayinya pendek, tapi kalau pemberian gizinya bagus pertumbuhan anak bisa tinggi,” terangnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, faktor lain yang dapat menyebabkan bayi terkena stunting ialah pengaruh lingkungan. Misalnya ada pencemaran dari orang-orang yang tidak punya jamban, atau yang menyalurkan limbah air ke sungai langsung. “Upaya intevensi dari gizi yang spesifik untuk balita pendek, disebut dengan fokus pada 1000 hari pertama kehidupan, dari sejak ibu hamil, ibu menyusui sampai umur 2 tahun. Umur 2 tahun itu adalah cerminan pemantauan sesuai standar atau tidak, kalau dari awal sudah pendek harus segera dikasih intervensi gizi, biar tidak pendek,” imbuhnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, untuk tahapan pemantauan seribu hari kehidupan, tahapannya dibagi dua. 270 hari pada saat dalam kandungan, dan 730 hari setelah bayi lahir, yang disebutnya periode emas atau periode kritis. “Ibu hamil harus mendapatkan tambahan energi, dan minum 90 tablet penambah darah selama kehamilan dan pada saat pertama kali bayi lahir harus didorong untuk diberi asi langsung dari ibu, dan asi itu harus tetap eksklusif tidak dicampur minimal 6 bulan, lebih bagus sampai 2 tahun,” pungkasnya.
Ditanya soal jumlah balita yang terkena stunting, Dr Ano tidak menyebut secara detail hanya memberitahukan presentase 28 persen untuk target pencegahan stunting sesuai dengan rekomendasi program nasional pencegahan stunting. (ris)