Cerita Dibalik Kesuksesan SP BBS Pertamina EP Hasilkan Revenue Perusahaan Rp91 Miliar per Tahun

Radarkarawang.id– Kesuksesan tidak turun dari langit. Ungkapan itu tergambar dari Stasiun Pengumpul Bambu Besar Subang (SP BBS) Pertamina EP. Ada cerita dibalik kesuksesan SP BBS Field Pertamina EP hasilkan revenue perusahaan Rp91 miliar per tahun.
Suasana heningan ditambah tiupan angin terasa ketika memasuki area Stasiun Pengumpul Bambu Besar Subang (SP BBS) Field Pertamina EP. Stasiun yang berada di tengah hamparan sawah ini, membuat suasana semakin tengah dan jauh dari bising kendaraan di jalan raya.
Namun siapa sangka, di balik keheningan itu, di tengah luas area sekitar kurang dari 10 hektare ini, mampu menghidupi kebutuhan minyak dan gas untuk masyarakat dan industri. Besarnya potensi dari stasiun pengumpul ini, mampu menyumbang revenue perusahaan Rp91 miliar per tahun berkat inovasi PCP Bamboo Sweet.
Hanya saja, di tengah kesuksesan SP BBS Field Pertamina EP tingkatkan revenue perusahaan dari awalnya terancam kehilangan potensi revenue Rp72 miliar per tahun menjadi revenue Rp91 miliar per tahun, ada tangan-tangan ulet dan ide-ide brialian pekerja yang mewujudkannya.
Siang itu, Rabu (10/9) sejumlah awak media di ajak masuk dan berkeliling ke area SP BBS Field Pertamina EP yang berada di wilayah Kelurahan Palawad, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang.
Masuk ke area migas ini, kami harus benar-benar dalam kondisi fit. Oleh sebab itu, sebelum masuk ke area vital, kami diperiksa terlebih dahulu tensi darahnya. Hal ini untuk memastikan pengunjung benar-benar dalam kondisi ideal.
Hasilnya, beberapa awak media yang memiliki tekanan darah tinggi tidak diperkenankan ikut berkeliling area perusahaan. “Soalnya di dalam area produksi cuacanya panas. Khawatir nanti tidak kuat, berdampak pada Kesehatan,” ungkap salah seorang petugas kesehatan dari SP BBS Feld Pertamina EP Karawang.
Stasiun pengumpul ini, masuk dalam area kerja Subang Field. Sementara Subang Field sendiri cakupan wilayah kerjanya meliputi sejumlah kabupaten seperti Kabupaten Bekasi, Subang, Karawang dan Kabupaten Purwakarta dengan jumlah pekerja sebanyak 88 orang dan 550 mitra.
Subang Field memiliki fasilitas produksi sebanyak 11 stasiun pengumpul, 3 CO Removal (SP SBG, SP CLU, SP BBS), 2 test unit dan 2 EPF (JAS & TMG-01).
Baca Juga : Karawang Raih Rekor MURI Penyelenggara Bazar UMKM Terlama
Subang Field memasok kebutuhan migas untuk sejumlah perusahaan besar sebagai konsumen utamanya seperti RU VI Balongan, PT Krakatau Steel, PT Pupuk Kujang dan Industrial District West Java.
Subang Field memiliki beberapa struktur diataranya adalah Struktur Bambu Besar (BBS) dimana struktur BBS terebut merupakan backbone yang menyumbang 40% dari produksi Subang field dengan produksi sebesar 2141 Bopd dan 19 MMscfd.
Produksi gas SP. BBS ini terdiri dari gas Non Asso (sumur gas) yang masuk pada HP Separation System sebesar 13 mmscfd dan gas Asso (gas yang ikutan pada sumur minyak) yang masuk pada LP Separation System sebesar 7 mmscfd.
Terdapat permasalahan pada fasilitas HP Separation System yang sudah overcapacity terhadap produksi gas Non Asso saat ini dengan kapasitas existing hanya 350 blpd dan 6 mmscfd dan menyebabkan flow gas asso tidak dapat ditingkatkan lagi untuk menambah sales dan kehilangan potensi revenue sebesar 72 miliar per tahun serta tidak safety secara aspek pengoperasian peralatan.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, salah satunya melakukan pemanfaatan Asset Idle untuk menambah kapasitas HP Separation yang sudah overcapacity dengan produksi gas HP Existing di SP.BBS dan meningkatkan gas sales sebesar 2 mmscfd.
Perlu diketahui, SP BBS Pertamina EP Regional 7 ini memproduksi minyak dan gas bumi untuk seluruh industri di area Jawa Barat. Hal ini selaras dengan program yang digaungkan pemerintah pusat dalam mendukung ketahanan energi nasional.
Namun, dalam pengoperasian stasiun pengepul ini, banyak juga kendala operasi juga dihadapi, di antaranya terkait dengan beban biaya dan hasil produksi.
Oleh karena itu SP BBS Pertamina EP melakukan inovasi penghematan biaya operasi prime mover ESP melalui pemanfaatan aset idle di Struktur Bambu Besar Regional 2 Zona 7.
Tonton Juga : Wisata Marigold Angkat Kaki Dari Karawang
Operator Gathering Station SP BBS, Benny Nugraha, menjelaskan, inovasi efisiensi tersebut bertema PCP Bamboo Sweet. Salah satu tujuan dari inovasi ini, meningkatkan produktivitas, mengurangi pemborosan, menghemat biaya, dan pada akhirnya meningkatkan keuntungan serta daya saing perusahaan.
“PCP ini adalah inovasi peningkatan produksi yang kami lakukan melalui pemenuhan peralatan untuk meningkatkan produksi, dan menekan pengeluaran akibat over kapasitas produksi,” katanya.
Dalam urusan minyak, Benny bukanlah orang kemarin sore, ia merupakan orang berpengalaman di Pertamina. Ia pernah kerja di offshore migas area Regional 2 Zona 5 PHE ONWJ, pernah juga bekerja di lepas pantai sebagai associate plant operator.
Tidak hanya itu, Benny kerap menangani kegiatan di area plant dengan melakukan pengecekan rutin dan monitoring parameter fasilitas produksi migas. Sehingga, tahu betul seluk beluk persoalan minyak.
Dengan sederet pengalaman tersebut, ketika mendapat tugas di onshore plant Pertamina EP Field Subang SP BBS, Benny ikut menangani kegiatan optimasi pengembangan lapangan-lapangan (OPLL) project.
Dengan penguasaan lapangan ditambah kecakapan pengetahuan, Benny mampu menjelaskan sederet masalah dan menghadirkan solusi untuk efektivitas produksi perusahaan.
Benny menuturkan, SP BBS memiliki masalah pada kelebihan kapasitas di fasilitas pemisah antara minyak, air, dan gas atau HP Separation System, sehingga menimbulkan kerugian mencapai Rp72 miliar per tahun dari bahan baku yang tidak terolah dan terbuang melalui gas flare.
“Kita memiliki tiga masalah utama, yaitu overcapacity pada fasilitas HP Separation System, belum tersedianya fasilitas water handling, dan kebocoran flowline,” ucapnya.
Dari ketiga masalah itu, dipilihlah satu masalah, yaitu menyelesaikan overcapacity pada fasilitas HP Separation System. “Setiap tahunnya menimbulkan kerugian mencapai Rp72 miliar dari bahan baku yang tidak terolah,” paparnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, kemudian dibuat program PCP Bamboo Sweet guna meningkatkan kapasitas pada HP Separation System yang berdampak pada meningkatnya pendapatan perusahaan dengan penambahan gas sales.
Karena terbatasnya fasilitas HP Separation System existing yang hanya memiliki kapasitas 6 MMSCFD (million standard cubic feet per day) atau enam juta standar kaki kubik per hari sesuai plan of development produksi gas awal.
Sedangkan tingginya produksi gas di SP BBS diperkirakan mencapai 13 MMSCFD dari 18 sumur yang saat ini existing atau tengah beroperasi. Oleh karena itu SP BBS perlu menambah HP Separation System.
Jika menambah biaya investasi pengadaan peralatan baru, kata Benny, Pertamina EP perlu mengeluarkan biaya kurang lebih Rp5,2 miliar dengan waktu pengerjaan kurang lebih satu tahun.
Program PCP Bamboo Sweet telah memberikan solusi dengan pemenuhan peralatan dengan memanfaatkan aset idle (aset yang sudah ada) dengan estimasi biaya hanya Rp1 miliar dengan waktu pengerjaan kurang lebih tujuh bulan.
“Kita gunakan opsi memanfaatkan aset idle karena biayanya murah, dan estimasi pengerjaannya lebih cepat. Alatnya dari mana? Nah, kita instal ulang HP Separation System dari sumur yang sudah suspend di wilayah Bekasi untuk dipasang di sini,” paparnya.
Sejak beroperasi pada tahun 2019, HP Separation System baru ini mampu meningkatkan produksi gas dari 13 MMSCFD sesuai perkiraan menjadi 15 MMSCFD per tahun dan meningkatkan pendapatan perusahaan sebesar 2,52 MMSCFD atau setara Rp91 miliar per tahun.
“Penjualan gas lapangan untuk industri dari Bambu Besar Zona 7 Subang Field jadi salah satu sumber pendapatan perusahaan yang sangat penting, karena telah berhasil menambah gas sales sebesar 2,5 MMSCFD dari meningkatkan kapasitas HP Separation System menggunakan aset idle, sehingga menambah pendapatan perusahaan sebesar Rp91 miliar per tahun,” paparnya.
Tidak hanya itu, dengan peningkatan produksi yang dilakukan oleh SP BBS juga turut mengurangi potensi emisi gas flare yang berbahaya bagi atmosfer.
“Dan dari peningkatan produksi ini, kita juga mengurangi dampak emisi gas flare yang berfungsi untuk mencegah pelepasan gas berbahaya ke atmosfer, dan hal ini dapat kita kurangi karena yang harusnya dibakar melalui gas flare, sekarang kita produksi jadi gas untuk menambah penjualan,” paparnya.
Kerja keras SP BBS dengan membuat dan memaksimalkan program PCP Bamboo Sweet ini, mendapatkan apresiasi dari Afwan Daroni, General Manager Zona 7.
Menurut Afwan, penjualan gas lapangan bambu besar Zona 7 Subang Field merupakan salah satu sumber revenue perusahaan yang sangat penting. PC Prove Bamboo Sweet telah berhasil menambah gas sales sebesar 2,5 mmscfd dari lapangan bambu besar dengan meningkatkan kapasitas HP Separation System menggunakan
asset idle dan menambah revenue Perusahaan sebesar 91 miliar rupiah per tahun. “Selamat dan sukses untuk PC Prove Bamboo Sweet,” tutupnya.(asy)