Jangan Bangga dengan Predikat Lumbung Padi
CILEBAR, RAKA – Julukan lumbung padi untuk Kabupaten Karawang nampaknya masih belum pas. Mestinya, julukan tersebut harus senada dengan kondisi pangan di Kabupaten Karawang. Buktinya, sampai sekarang masih ada dua yang dinyatakan masih dalam kategori rawan pangan, seperti Desa Pusakajaya Selatan di Cilebar dan Desa Tanjung di Banyusari.
Seperti diungkapkan Ketua Umum Keluarga Mahasiswa Pelajar Karawang (Kempaka) Muhammad Rizki, setelah melakukan observasi terhadap dua desa tersebut, ditambah para meter pendataan yang dilakukan BPS mengenai kondisi terakhir desa-desa di Kabupaten Karawang. Terdapat dua desa yang sangat rawan pangan, infrastrukturnya minim, sanitasinya buruk, dan jumlah warung serta tokonya sangat terbatas. “Selain itu, jarak ke pasar cukup jauh, bahkan akses pendidikan dan lahan pertanian pun kurang memadai,” ujarnya.
Menurutnya, pemerintah daerah dalam hal ini Legislatif maupun eksekutif belum bisa membuat skala prioritas untuk menuntaskan desa sangat rawan pangan. “Kita jangan berbangga diri dengan dinobatkan sebagai kota lumbung padi, namun kenyataannya dua desa ada yang memang terindikasi desa sangat Rawan Pangan oleh Kementan RI berdasarkan data BPS,” ucapnya.
Lebih lanjutnya, penanganan desa rawan pangan harus dilakukan secara berkala dan komprehensif sampai ke akar-akarnya. Dinas terkait harus prioritaskan terkait Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Alam, dan Sumber Daya Lingkungan (SDL) di desa rawan pangan ini.
Tidak sampai di situ, kata Rizki, kerjasama antar elemen masyarakat pun harus ikut libatkan. Justru, peran aktif mereka sebagai objeknya yang menjadi tolak ukur desa tersebut akan dibuat maju atau stagnan, bahkan lebih parah dari yang terjadi pada saat ini. “Tentunya harus difasilitasi oleh pemerintah setempat, dalam hal ini pemuda sebagai ujung tombak dan garda terdepan harapan masyarakat untuk melakukan perubahan,” pungkasnya. (rok)