Jangan Sebut ABK Produk Gagal
ANAK ANAK SPESIAL: Tenaga pengajar Amanda Learning Center bersama anak-anak spesial tampak ceria dan bahagia. Mereka tak lelah untuk mengembangkan kemampuan anak berkebutuhan khusus.
Amanda Learning Center Didik Anak Berkebutuhan Khusus
KARAWANG, RAKA – Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ternyata juga dapat berkarya dengan segala keterbatasan yang mereka punya. Salah satu contohnya adalah ABK di Amanda Learning Center.
Yayasan pendidikan ini mendidik dan memberdayakan ABK baik itu penyandang down syndrome maupun autisme dengan berbagai diagnosa. Yayasan ini terletak di Perumahan Karaba Indah Blok R no 23, Desa Wadas, Kecamatan Telukjambe Timur.
Co-Founder Amanda Learning Kholid Nurcholis menilai saat ini ABK masih sulit diterima masyarakat. Tak jarang ABK menjadi bahan ejekan atau lelucon. Bahkan tidak sedikit yang menganggap ABK gila atau stres. Ia ingin mengedukasi masyarakat, bahwa sebetulnya mereka tidak ingin dilahirkan dengan kondisi seperti itu, dan semestinya diperlakukan sama. “Mereka tidak membutuhkan rasa kasihan dari kita, mereka butuh kesempatan, mereka butuh untuk kita terima,” ucapnya kepada Radar Karawang.
Kholid menuturkan yayasan tersebut berdiri sejak 2012. Sang adik bernama Umar yang saat itu berusia 2,5 tahun menjadi alasan mendirikan yayasan ini. Umar saat itu mendapat diagnosa menyandang salah satu tipe autisme. Sempat pulang pergi ke Jakarta untuk menjalankan terapi sampai akhirnya sang kakak mendirikan yayasan sendiri di Karawang.
Awal berdiri hanya ada Umar dan dua ABK lainnya yang menjalani terapi di Amanda dengan jumlah tenaga pengajar hanya dua orang. Seiring waktu semakin banyak ABK lainnya dari berbagai daerah di Karawang yang turut serta belajar bersama. Sampai saat ini tercatat ada 22 ABK dengan 10 orang guru. “Mereka (guru) datang ke sini karena mereka ingin, karena kemauan mereka sendiri, karena ini yayasan non-profit,” tuturnya.
Terdapat tiga divisi yang dijalankan di Yayasan Amanda, pertama ialah kelas terapi yang menekankan rangsangan motorik pada ABK. Divisi kedua adalah pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) khusus ABK dimana keteka bisa mengikuti ujian kesetaraan paket A, B, dan C untuk mereka yang dinilai masih mampu dididik. Divisi terakhir adalah balai pelatihan kerja guna membekali para ABK di masa depan. Divisi ini diikuti ABK yang usianya cukup matang dengan pelatihan yang diberi berupa pengemasan makanan ringan. Setiap proses dalam pelatihan kerja ini juga menjadi terapi motorik bagi para ABK. “Amanda itu sendiri dari singkatan anak mandiri dan berguna, jadi bagaimana di kemudian hari mereka berguna untuk orang lain, untuk orang tuanya sendiri, minimal untuk dirinya sendiri dia bisa mengatasi,” tambahnya.
Masih dituturkan Kholid, dibalik kondisi keterbatasan ABK pasti ada kelebihan yang mereka miliki. Sebab menurutnya Tuhan tidak pernah menciptakan produk gagal. Anak-anak spesial ini diciptakan untuk orang tua yang luar biasa, keluarga yang luar biasa, dan lingkungan yang luar biasa. Ia meyakini Tuhan Maha Adil dan tidak pernah memberi cobaan di luar kemampuan hamba-Nya.
Salah satu guru, Rio Gumelar awalnya menjadi tenaga pengajar ABK karena ajakan teman. Enam tahun bukan waktu yang sebentar, namun ia tetap bertahan meski mengajar ABK punya kesulitan tersendiri dan butuh kesabaran ekstra. Motivasinya ia yakin bahwa di masa depan nanti mereka mampu untuk mengurusi dirinya sendiri. Ia sendiri bisa belajar untuk saling menghargai dan membantu sama lain. “Saya juga belajar dari mereka, apa yang tidak saya dapat di luar sana, saya mendapatnya dari sini, dari anak-anak spesial,” pungkasnya. (din)