Jangan Sembarangan Klik Link
-Waspada Kejahatan Siber
KARAWANG, RAKA – Dunia nyata kini tidak bisa lepas dari dunia maya. Bahkan setiap lekuk kehidupan nyaris semuanya terkoneksi dengan sistem digital.
Berkenaan dengan itu, sistem keamanan jejaring internet masih lemah. Mudah diterobos oleh pelaku kejahatan siber. Buktinya, data pribadi mudah bocor. Menurut praktisi teknologi informasi, Ikmal Maulana mengatakan, selama device terhubung dengan jejaring publik, tidak ada yang bisa menjamin keamanan data pribadi 100 persen bebas dari peretasan. “Pengguna internet harus bisa mengaktivasi kesadaran kolektif tentang konsep keamanan digital,” ucapnya.
Praktisi lainnya, Yazid menerangkan, keresehan hari ini dunia digital makin masif di Indonesia, namun belum memiliki landasan hukum khususnya terkait perlindungan data pribadi. RUU perlindungan data pribadi yang memang sampai saat ini masih dalam pembahasan di DPR RI belum juga disahkan sehingga membuat khawatir. “Jangan sembarang menggunakan aplikasi, aktifkan fitur keamanan dan jangan malas membaca agreement pendaftaran suatu aplikasi,” terang Yazid
Aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Karawang, Jamil Redza mengatakan, pandemi saat ini membuat interaksi melalui media digital sangat pesat. Bagaimana tidak, hampir dua tahun baik dunia kerja ataupun pendidikan beralih ke digitalisasi. Tentunya penting untuk memahami kesadaran akan keamanan data pribadi yang selalu digunakan dalam media sosial ataupun media lainnya yang serba digitalisasi. “Data-data kita banyak yang bocor ke publik, seperti data pribadi yang sering disebarluaskan oleh pinjaman online,” ujarnya.
Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Singaperbangsa Karawang Nina Sulistiyowati menyampaikan, ada 11 jenis ancaman sistem komputer. Pertama adalah spamming dimana pelaku mengirim email palsu dengan memanfaatkan server email yang memiliki “smtp open relay”. Spaming juga diartikan sebagai pengiriman informasi atau iklan suatu produk yang tidak pada tempatnya dan kerap menganggu penerima. Istilah hacking nampaknya cukup familiar dimana hacker menerobos program komputer milik orang pihak lain. Sebagian hacker memanfaatkan keahliannya untuk memberitahu programer perihal kelemahan program agar segera diperbaiki. Namun tak sedikit hacker yang menerobos program lain untuk merusak dan mencuri data. “Kemudian ada istilah Malware (Malcious Software), ini berupa aplikasi komputer yang khusus dibuat dengan tujuan mencari kelemahan dan celah dari software,” terangnya. (nce/psn)