Jatuh Cinta pada Burung Cinta
PENIKMAT LOVEBIRD: Para pecinta lovebird sedang mengikuti kontes sebelum wabah corona melanda Karawang.
KARAWANG, RAKA – Perawakannya kecil, paruhnya berpangkal lebar dan terlihat kokoh, berkepala besar, dan memiliki warna yang indah. Jika bertemu dengan pasangannya selalu berdekatan dan kerap membentuk lambang love. Itulah lovebird sang burung cinta.
Di masa pandemi ini, para pecinta burung cinta ini tidak surut mengurusnya. Bahkan, dalam dunia jual beli burung, harganya tetap stabil. Komunitas burung cinta ini pun tetap eksis, meski sudah jarang menggelar perlombaan.
Seorang pecinta lovebird Angga (28), dia bersama kelompok gantangnya tetap aktif mengurus lovebird. Menurutnya, eksistensi burung paruh bengkok ini akan terus ada, bahkan selalu ramai. “Anjloknya harga beli atau jual burung emang sempat berpengaruh, tapi gak pernah menyurutkan pecinta burung Lovebird,” ujarnya.
Karena menurutnya, anjloknya harga jual burung Lovebird itu salah satu jenis yang KW, atau tidak memiliki kualitas. Bagi burung berkualitas, harga jual atau belinya tetap stabil, malah harga puluhan juta hingga ratusan juta pun masih tetap ada. “Burung murah karena kualitasnya standar, yang memiliki kualitas bagus mah gak goyang, tetap stabil,” ungkapnya.
Terlebih, jika burung tersebut sudah berkali-kali membawa pulang piala, para pecinta burung masih tetap memburunya. Maka gak heran jika para pegantang masih berseliweran. Terkecuali saat parah-parahnya corona beberapa waktu lalu, semua kegiatan distop, termasuk kontes burung Lovebird ini.
Sementara Enda (27) mengaku terlanjur suka dengan jenis burung ini, ia lebih memilih mengembangbiakan burung yang memiliki ragam warna tersebut. Katanya, kelakuan burung ini berbeda dengan burung lain, lebih dari itu, pakan dan cara mengurusnya pun termasuk burung yang tidak merepotkan. “Ternak aja, seru. Terlanjur suka sama burung ini,” akunya.
Sesekali ada yang bagus dan layak untuk diikutsertakan dalam kontes, dia pun tak mau ketinggalan. Menurutnya, untuk melepas kepenatan dan menghilangkan rasa penasaran dengan burung yang ia urus sendiri. “Sayang kalau diurus gak dibawa kontes,” celetuknya. (rok)