Jejak Freemason Ada di Karawang
KARAWANG, RADAR KARAWANG – Beberapa pihak menilai Freemason adalah organisasi rahasia yang terkait dengan illuminati. Lainnya meyakini Freemason adalah jaringan global yang punya jangkauan ke dalam segala hal, mulai dari wujud uang kertas dollar Amerika Serikat hingga Revolusi Prancis. Bahkan, yang paling fantastis adalah geng Freemason menguasai ekonomi hingga teknologi di dunia.
Beberapa mitologi soal Freemason muncul dari kemisteriusan awal pembentukannya. Sebuah teori spektakuler bermula ketika Ksatria Templar dikalahkan Raja Philip dari Prancis pada 1307, sebagian kabur ke Argyll di Skotlandia Barat dan membuat organisasi Freemason. Teori lainnya, termasuk yang dimunculkan anggota Freemason, mengklaim bahwa organisasi itu berasal dari Raja Sulaiman, pemilik kuil berisi pengetahuan rahasia yang dialihkan secara turun temurun.
Dilansir dari nationalgeographic.grid.idmenjelaskan bahwa Freemason memiliki sandi dan ritual rahasia yang digunakan untuk berkomunikasi. Simbol yang paling terkenal, yakni The Square and Compasses atau bujur sangkar dengan kompas beserta huruf yang terletak di pusatnya. Berjabat tangan juga dilakukan oleh anggota Freemason untuk saling menyapa.
Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Freemason di Indonesia diawali dengan berdirinya Loji Freemason “Lodge La Choise” Pada tahun 1764. Loji ini didirikan oleh pegawai VOC yang bernama Jacobus Cornelis Matthieu Radermacher, yang digunakan sebagai rumah pertemuan kaum Freemason. Bahkan geng Freemason juga meninggalkan jejak di Kabupaten Karawang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Freemasonry selain aktif di kota-kota besar juga terdapat di wilayah-wilayah kecil seperti Karawang dengan sebutan “De Krawangsche Kring” atau “Vrijmetselaarkring Krawang” yang melakukan berbagai aktifitas sejak 1926 sampai pendudukan Jepang. Kring Karawang melaksanakan pertemuan rutin sejak didirikan dan pernah vakum pada tahun 1930-1933 sampai diangkat pengurus ‘baru’ yang berhasil mengaktifkan kembali kegiatan organisasi. Menurut informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, tokoh Freemason di Karawang adalah R. Adipati Aria Soeriamihardja, yang namanya tercatat oleh Paul W van Leur
dalam bukunya Freemasonry In Indonesia From Radermacher To Soekanto, 1762- 1961. R. A. Aria Soeriamihardja merupakan Freemason berhubungan dengan wilayah Karawang karena ia adalah Regent
(Bupati) untuk wilayah Krawang dan Purwakarta (Paul W. van der Veur, 1961). Dalam periode bupati Karawang, ia merupakan bupati Karawang yang berkedudukan di Purwakarta. Ia menjabat bupati selama 17 tahun yaitu sejak 1925 sampai 1942 (Regeering Almanak: Regeering Almanak voor Nederlandsch, 1926). Dalam arsip Van den Gedeputeerd Grootmeester tertanggal 2 Oktober 1933, disebutkan bahwa Raden Adipati Aria Soeriamihardja merupakan anggota loji De Ster in het Oosten (Bintang Timur) yang memiliki register keanggotaan No. 2560 Indisch Maçonniek Tijdschrift: Opgericht Door Ds A. S. Carpentier Alting Orgaan Prov. Gr. L. Ned.-Indië, 32e Jaargang, 1 October 1933—1934. Terdapat keterangan bahwa ia memiliki jabatan sebagai Bupati Karawang, lahir di Mangoenredjo tanggal 4 Juli 1881, dan bertempat tinggal di Purwakarta. Loji De Ster in het Oosten didirikan tahun 1837 di Batavia (Jakarta) dan merupakan gabungan dari loji “La Fidele Sincerite” dan loji “La Vertueuse.”
Rekrutmen yang dilakukan Freemasonry terhadap R. A. Aria Soeriamihardja semakin memperkuat pendapat bahwa organisasi tersebut menjadikan elite pribumi yaitu Priyayi atau Menak sebagai
target keanggotaan. Setelah 8 tahun menjadi regent, R. A. Aria Soeriamihardja akhirnya tertarik dan memutuskan untuk menjadi seorang Freemason. Sebenarnya eksistensi Freemasonry di
Karawang sudah dimulai beberapa tahun sebelum R. A. Aria Soeriamihardja aktif dalam Freemasonry, yaitu sejak tahun 1926. Fakta ini didapatkan dari tulisan Dr. Dirk De Visser Smits yang membuat laporan “Meesterconvent Zondag 26 December 1926” yang menyatakan bahwa diperlukannya lingkaran-lingkaran kecil perkumpulan Freemasonry di wilayah- wilayah kecil agar tetap bertahan hidup (Indisch Maçonniek Tijdschrift: Opgericht Door Ds A. S. Carpentier Alting Orgaan Prov. Gr. L. Ned.-Indië, 32e Jaargang, 1 October 1926—30 September 1927). Aktifitas Freeemasonry berakhir di Karawang bersamaan dengan pendudukan Jepang tahun 1942 yang melarangnya karena dinilai sebagai organisasi pro-Belanda dan sekutu. Penelitian tentang Freemasonary di Karawang memberikan referensi mengenai perkembangan organisasi yang aktif pada masyarakat Hindia Belanda khususnya di wilayah Karawang. (psn)