HEADLINE
Trending

Jualan Sambal Banyak Saingan

Mamah Aulia Banting Setir Jual Sambal

radarkarawang.id – Di tengah hiruk pikuk jalanan, tersembunyi sebuah warung kaki lima dengan aroma sambal yang menusuk hidung dan mengundang selera. Itulah “Sambal Sutan,” nama yang tersemat pada gerobak Mamah Aulia.

Nama “Mamah Aulia” sendiri melekat karena Aulia adalah nama anaknya, sehingga orang-orang memanggilnya demikian.

Nama usaha “Sutan” pun ia ambil dari kisah usahanya yang terdahulu. “Sutan itu jualan sendal karena sudah banyak online,” tuturnya, menjelaskan asal-usul nama unik warungnya.

Ia menambahkan bahwa kini orang-orang sudah tidak lagi membeli sandal darinya, karena persaingan daring yang ketat.

Oleh karena itu, ia memilih fokus penuh pada bisnis kuliner ini. Ia tidak lagi melanjutkan penjualan sandal karena derasnya arus perdagangan daring yang membuat usahanya sepi.

Warung Mamah Aulia menyajikan beragam hidangan yang memanjakan lidah. Menu andalan yang tersedia meliputi ayam penyet, ayam serundeng crispy, ayam kremes, ayam bakar, bebek, ikan bakar, hingga aneka sate-satean.

Semua menu ini dijual dengan harga yang ramah di kantong. Kisaran harganya dimulai dari Rp1.000,00 hingga Rp25.000,00 per porsi.

Usaha kuliner ini telah ia jalankan selama enam bulan di lokasi saat ini. Sebelumnya, Mamah Aulia sudah berjualan, tetapi di tempat yang berbeda, meskipun masih berada di lingkungan yang berdekatan.

Ia membuka warungnya sejak selepas salat Asar hingga larut malam, sekitar pukul 23.30 WIB. Waktu operasional yang panjang ini menunjukkan keseriusan Mamah Aulia dalam berdagang.

Perjuangan Menyekolahkan Anak

Di balik kesibukan meracik sambal, Mamah Aulia memikul tanggung jawab besar. Hasil dari “Sambal Sutan” ini ia gunakan untuk membiayai empat orang anaknya bersekolah.

“Anak sekolah semua, kan,” ujarnya. Salah satu anaknya bahkan sudah ia kuliahkan. Keberhasilan menyekolahkan anak hingga jenjang perguruan tinggi menjadi kebanggaan tersendiri bagi Mamah Aulia.
Namun, ia juga harus pandai mengelola omzet yang didapat.

“Karena pengeluaran banyak, anak sekolah semua, kan, jadi dapatnya habis ke situ saja,” keluhnya, menunjukkan perjuangan menyeimbangkan pemasukan dan kebutuhan pendidikan.

Untuk menu ayam, Mamah Aulia biasanya menyiapkan minimal 10 hingga 15 ekor per hari. Jumlah ini menyesuaikan dengan perkiraan ramai atau sepinya pembeli, terutama saat akhir pekan.

Sementara itu, untuk sate-satean, Mamah Aulia menyiapkan bahan sekitar setengah hingga satu kilogram. Ia harus memperkirakan dengan matang agar tidak ada bahan yang terbuang.

Dalam enam bulan perjalanannya, Mamah Aulia mengakui penjualannya masih fluktuatif. “Kalau penjualan kadang-kadang naik, kadang turun, masih standar begitu,” ujarnya jujur.

Hambatan terbesar yang ia rasakan adalah faktor cuaca. “Cuaca bisa jadi, kalau hujan kan sepi, jalan juga sepi,” katanya, menjelaskan bahwa hujan deras sering kali membuat pendapatannya menurun.

Ketika ditanya tentang strategi pemasaran, Mamah Aulia mengaku belum membuka layanan pesan antar daring secara luas. Hal ini disebabkan keterbatasan tenaga kerja. “Kami saja kerja berdua. Kalau pesanan ada, harus orang tambahan,” jelasnya.

Harapan Mamah Aulia untuk Sambal Sutan cukup sederhana, yakni agar usahanya terus maju dan pembelinya semakin banyak. Namun, ia belum berencana membuka cabang. “Kalau cabang kayaknya belum. Harus lihat modalnya,” tuturnya.

Di akhir perbincangan, Mamah Aulia berbagi sedikit kiat bagi para pengusaha lain. Pesannya lugas dan penuh makna. “Ya, paling kalau jualan itu kan biasa mesti sabar-sabar saja, begitu.”

“Kalau rezeki bagaimana, sudah diatur,” imbuhnya, menunjukkan filosofi sederhana yang menjadi pegangannya dalam meramu cita rasa pedas Sambal Sutan demi masa depan keempat anaknya. (uty)

Related Articles

Back to top button