Purwakarta

Belajar Sambil Bertani di Sekolah

WAJIB MENANAM: Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta meluncurkan Program Tatanen di Bale Atikan, Rabu (20/1). Setiap peserta didik nantinya diwajibkan memiliki satu jenis tanaman, baik sayuran maupun tanaman lainnya yang bermanfaat untuk kebutuhan hidup. Mereka selanjutnya merawatnya dengan penuh tanggungjawab.

Purwakarta Luncurkan Tatanen di Bale Atikan

PURWAKARTA, RAKA – Program Tatanen di Bale Atikan diproyeksikan menjadi sekolah ekologi, sekaligus sebagai gugus dalam meracik kemandirian pangan di Purwakarta.

Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika mengatakan, sekolah ekologi yang digulirkan oleh Disdik Purwakarta dengan nama Tatanen di Bale Atikan (bertani di lembaga pendidikan) cukup strategis untuk menciptakan iklim kemandirian pangan. Sekolah ekologi dapat menjadi pabrik tanaman, yang ekosistemnya terawat. “Hal ini sebagai bagian dari kesadaran ekologi, lingkungan sekolah harus bersih. Kemudian, tanamannya harus hijau. Sekolah ekologi harus memiliki kesadaran bersama dalam tata kelola sekolah,” katanya saat peluncuran Gelar Munggaran Tatanen di Bale Atikan, di Bale Paseban, Pendopo Pemkab Purwakarta, Rabu (20/1).

Program Tatanen di Bale Atikan, lanjut Anne, mempunyai tujuan untuk mengasah, mengembalikan kultur anak-anak Purwakarta agar peka terhadap lingkungan, sekaligus mengedukasi pentingnya tatanan kemandirian pangan.
“Nantinya diharapkan, setiap peserta didik memiliki satu jenis tanaman seperti menanam sayuran, seledri, bawang daun, cabai rawit dan jenis tanaman yang memberikan manfaat untuk kebutuhan hidup. Kemudian mereka merawatnya dengan penuh kedisiplinan, tanggungjawab dan keuletan,” tuturnya.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta Purwanto menambahkan, program Tatanen di Bale Atikan tak hanya sekedar gerakan bertani di sekolah atau sekedar menghijaukan sekolah.
“Lebih dari itu, kita melakukan gerakan mendidik anak-anak untuk menyadari lingkungan, kesadaran lingkungan. Kemudian, kita juga belajar menangkap masalah, kemudian mencari teori dan menyelesaikannya dengan solusi, belajar dari pengalaman praktik yang kemudian menjadi pembelajar. Contoh dalam pelajaran matematika, siswa harus paham cara mengukur luas kebun atau luas tanah secara langsung,” ujarnya.

Menurutnya, program Tatanen di Bale Atikan merupakan gerakan pendidikan yang bertujuan menyadarkan dan mengembangkan potensi diri peserta didik yang memiliki kesadaran diri dan lingkungan. Membangun generasi yang memahami masalah lingkungan di sekitarnya serta mencari solusi pemecahannya.

Lebih jauh dikatakannya, dengan program ini peserta didik diharapkan bisa produktif dan sanggup memiliki produk. “Semua warga sekolah harus faham mulai dari penjaga sekolah hingga kepala sekolahnya, kemudian nanti mampu mensosialisasikan kepada orang tua. Gerakan ini harus menjadi kesadaran kolektif semua orang yang ada di sekolah,” ujarnya.
Selain itu, sekolah-sekolah di Kabupaten Purwakarta, mulai dari TK, SD dan SMP diharapkan memiliki keunggulan dan keunikannya masing-masing.

Setiap sekolah harus mengedepankan perilaku baik, memiliki value, berkebudayaan lingkungan. Karena dunia ini adalah ruang kelas untuk belajar dan menjadi pembelajar.
“Semoga dengan kegiatan ini bapak-ibu semuanya dapat memetik ilmu pengetahuan. Pulang dengan pengetahuan dan keterampilan yang menjadi amal soleh jika ilmu itu disebarluaskan di sekolah, di rumah dan lingkungan. Dan anak-anak kita belajar mempunyai makna dan prodak masing-masing,” pungkas Purwanto. (gan)

Related Articles

Back to top button