
KARAWANG, RAKA – Siapa yang tidak kenal dengan sosok Raden Masrin Muhammad atau terkenal dengan nama Kapten Masrin. Ia juga sempat menjabat kepala desa pada tahun 1950-1951.
Kapten Masrin merupakan orang yang tidak asing di telinga masyarakat Karawang, terutama kiprahnya dalam peristiwa bersejarah Rengasdengklok. Ia juga merupakan sosok yang sederhana.
Kapten Masrin Muhamad bin Raden Haji Hasan Muhamad bin Raden Haji Yasin Muhammad lahir 2 April 1919 di Dusun Tangkil, Pisangsambo, Rengasdengklok (sekarang Tirtajaya). Wafat 28 Desember 1971 di Bojong, Rengasdengklok.
Baca Juga: Oknum Babinsa Purwakarta Larang Wartawan Liput Mediasi Kasus Perundungan
Masrin adalah Komando Pembela Tanah Air (Peta) Rengasdengklok. Sejak kecil Masrin besar di lingkungan agamis, dan menimba ilmu agama langsung dari ayahnya Raden Haji Hasan Muhamad.
Kakeknya salah satu putra dari Syekh Zahidin putra tunggal Syekh Arif Muhammad. pedakwah agama Islam dari Tumenggung di Cikanguang Garut.
Semasa hidupnya, kapten Masrin setiap hari tidak lepas dari tasbih. Dan kala itu setiap malam Selasa kliwon dan Jumat kliwon banyak muridnya yang berdatangan untuk kegiatan tawasulan.
“Pak Masrin juga sering puasa, terus kalau makan juga paling sedikit,” kata Wiwin Winara Masrin, putra keempat dari pasangan Kapten Masrin dan Siti Norma Thaher beberapa waktu lalu.
Tonton Juga: ARIE HANGGARA, LAHIRNYA UU PERLINDUNGAN ANAK
Selain sebagai Komando Peta, Kapten Masrin juga sempat menjadi Kepala Desa atau Kades Rengasdengklok Selatan pada tahun 1950 hingga 1951.
“Yah Kapten Masrin pernah menjabat kepala desa juga,” kata Didi Sumardi kepada Radar Karawang, Rabu (8/10).
Namun, Didi tidak menceritakan secara detail, bagaimana Kapten Masrin selama menjabat Kepala Desa Rengasdengklok Selatan. (mra)