HEADLINE

Karang Rusak Terdampak Kebocoran Minyak

Fokus Penanganan Diminta Menyeluruh

CILAMAYA KULON, RAKA- Masyarakat pesisir Karawang resah dengan adanya limbah minyak Pertamina Hulu Energi (PHE) beberapa pekan terakhir ini. Meskipun banyak hal sudah dilakukan PHE ONWJ, baik pembersihan laut, pesisir dan pendataan kompensasi nelayan, namun di nilai belum menyeluruh.

Selain nelayan dan petambak, nampaknya limbah minyak juga mengancam kelangsungan hidup biota laut. Bahkan, karang di laut yang rusak dan dinilai luput dari perhatian Pemkab Karawang dan PHE ONWJ.

Aktivis pesisir pantai Pasirputih Desa Sukajaya Kecamatan Cilamaya Kulon, Masrukhin mengatakan, ia memohon bantuannya untuk pantai dan laut Pasirputih yang jarang terekspose. Padahal, Pasirputih merupakan tuan rumah limbah Pertamina, karena pengeboran yang bocor, tepat berada di lepas pantai Pasirputih. “Kenapa yang ramai soal limbah minyak selalu di wilayah pantai Karawang barat. Padahal, kalau angin pelan dari utara, limbah pasti ke pantai Pasirputih,” keluhnya, Minggu (4/8).

Yang lebih parah lagi, lanjutnya, banyak karang rusak. Padahal karang terbesar Karawang berada di pantai Pasirputih dan Tangkolak. “Kalau angin diam, kita sekarang permanen jadi tuan rumah limbah Pertamina, karang-karang rusak juga luput dari perhatian,” tuturnya.

Menurutnya, statmen Wakil Bupati Karawang Ahmad Zamakhsari di sejumlah televisi nasional, ia rasa belum lengkap dan puas, karena belum lengkap membawa persoalan karang sebagai dampak kerugian, utamanya di Karang Sendulang Pasirputih. Bahkan, nelayan Pasirputih alami kerugian paling besar, karena nelayan jaring rajungan yang paling terdampak penghasilannya, apalagi rajungan lokal ini terbesar se- Kabupaten Karawang. “Wabup gak lengkap singgung kerusakan karang dan nelayan rajungan, padahal disini kami terdampak,” tuturnya.

Pengeboran yang bocor adanya sebelah utara karang, artinya dari lokasi karang itu kurang lebih 5 mil saja ke TKP sumber limbah minyak, itu bisa dilihat dari peta GPS bawah laut. “Cuma 5 mil ke TKP lokasi karang ini,” ujarnya.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sudah mengumpulkan Bupati Karawang dan Bekasi bersama Pertamina untuk membahas insiden minyak tumpah di Laut Jawa. “Kami sudah merapatkan bersama Pertamina EP kemudian dengan Bupati Karawang, Pak Sekda Kabupaten Bekasi terkait force major kejadian luar biasa pada tanggal berapakah 16 Juli terjadi tumpahan minyak karena masalah teknis yang luar biasa,” kata Emil, sapaan akrabnya.

Emil menyebut, hasil pertemuan disepakati dua langkah, pertama, memberlakukan tanggap darurat hingga 2,5 bulan. Bersamaan dengan itu, Pertamina telah meminta perusahaan asing untuk mematikan sumur yang bocor tersebut. “Pertamina sudah memanggil perusahaan global yang tugasnya terbiasa mematikan sumur yang bocor dan tumpah ke laut,” ujarnya.

Langkah kedua, memberlakukan masa recovery hingga enam bulan. Perbaikan dilakukan secara menyeluruh mulai dari dampak sosial hingga teknis. Bahkan, tim akan memeriksa kualitas ikan. “Kedua masa recovery 2-6 bulan berikutnya tergantung kecepatan. Yang harus di-recovery ekonomi warga, sosial dampak psikologis akan kami perhatikan, seperti di Bekasi mungkin tidak banyak warganya tapi pantainya terkena. Karena area yang terdampak tidak hanya garis batas Karawang tapi Bekasi,” pungkasnya. (rok/kmp)

Related Articles

Back to top button