
Sekretaris Daerah Karawang Acep Jamhuri
KARAWANG, RAKA – Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karawang berwacana menjadikan Karawang sebagai kota santri dengan program-program yang dijalankan selama ini. Menanggapi hal ini, Sekretaris Daerah Karawang Acep Jamhuri menyambut baik wacana tersebut, mengingat secara historis Karawang erat kaitannya dengan santri. “Bagus, sesuai dengan aspek historis,” ucapnya, Kamis (22/10).
Acep menyebut Karawang menjadi tempat pertama kali berdirinya pondok pesantren di tatar Sunda. Hal ini juga sekaligus menjadi sejarah pertama kalinya adanya santri. Pesantren tersebut tepatnya di sekitar pelabuhan Sundapura yang saat ini lokasinya telah berdiri Masjid Agung Karawang. “Gurunya adalah syaikh Hasanuddin bin Yusuf Shiddiq atau biasa dikenal Syaikh Quro,” tuturnya.
Ia menceritakan, saat itu banyak yang menjadi murid atau santri Syaikh Quro, salah satunya adalah Nyi Mas Subang Larang yang diperistri oleh Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi), raja Padjadjaran saat itu. Di tempat pengajian Syaikh Quro itulah Subang Larang belajar mengaji, baca tulis Alquran, fiqih, yang dengan keilmuan itu memikat Prabu Siliwangi. Dari sinilah, kata Acep, para santri kemudian menyebar ke nusantara.
Berdasarkan sejarah inilah pesantren di Karawang mesti terus berkembang dan wacana Kemenag Karawang mesti didukung. Terlebih Karawang mempunyai sejumlah nama kiyai masyhur sejak zaman penjajahan masa lampau. “Seperti saya ketahui di zaman penjajahan Belanda ada Kiyai Masduki di Karawang selatan, kemudian banyak kiyai lanjutannya, dan Alhamdulillah sekarang sudah berkembang di sebelah utara, di Cilamaya, Rawamerta, kemudian di Tempuran,” paparnya.
Dalam momen hari santri nasional kemarin, Acep berharap pesantren dapat lebih berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Ia juga berpesan, guru mesti bisa menanamkan mahabah pada gurunya, sebab ilmu yang bermanfaat itu jika bisa mencitai sang guru. “Juga untuk santrinya sama, bagaimana membangun kemahabahan, penghargaan kepada guru, jadi tidak kondisi sekarang yang jelek-jeleknya,” pesannya.
Ia juga mengingatkan para santri mesti bisa menanamkan konsep mahabbah bukan hanya pada guru, melainkan juga kepada orang tua dan orang berilmu. “Kalau ditanamkan semua, insya Allah kita diberikan keberkahan ilmunya dan hidupnya,” pungkasnya. (din)