Uncategorized

Karawang Butuh Rumah Singgah

TELAGASARI, RAKA – Pemerintah diminta untuk lebih serius menangani kaum miskin dan duafa yang ada di karawang. Pasalnya, sehebat apapun nama Karawang di luar, kalau masih banyak warga miskin dan duafa maka dinilai tidak ada artinya.

Tokoh pemuda Telagasari, Aab Abdul Malik menyampaikan, beberapa hari lalu Radar Karawang memberitakan ada orang untuk makannya saja mengandalkan dari sampah. Kondisi tersebut jelas sangat memprihatinkan. “Karawang belum punya rumah singgah khusus untuk anak yatim dan duafa yang dikelola pemda. Harusnya ini mulai digarap,” kata Aab yang juga ketua IPNU Cabang Karawang.

Menurutnya, tingginya aktivitas di Karawang berdampak buruk akan perhatian terhadap kaum miskin, terutama jompo dan anak yatim. Kalau Pemda Karawang punya rumah singah, maka bisa menjadi alternatif orang yang tidak memiliki keluarga untuk memiliki tempat tinggal dan keluarga baru. “Tingal didalamnya nanti diisi dengan pengajian, peningkatan hard skill dan soft skill,” ujarnya.

Dengan demikian, saat anak-anak dewasa, sudah siap untuk membaur dengan masyarakat dan siap bersaing, baik dengan warga pribumi lainnya maupun dengan warga pendatang. “Yang terus disuarakan itu soal tenaga kerja yang dinilai gak perpihak pada warga pribumi, nah kita tinggatkan kualitasnya,” tambahnya.

Ia menyampaikan, kondisi Karawang yang dulunya identik dengan sawah kini mulai bergeser dengan industri, membuat warga pribumi harus cepat melakukan penyesuaian. Karena kalau tidak, maka akan tergerus oleh perkembangan. “Cerita orang tua dulu gak pusing cari makan. Sekarang malah banyak orang yang kebingungan cari makan,” ujarnya.

Pada 2018 lalu, Dinas Sosial sudah mewacanakan akan dibangun tempat khusu para anak yatim dan duafa yang dikelola oleh Pemda. Bahkan termasuk persoalan rutinitas sehari-hari di dalamnya juga sudah pernah dibahas, mulai peningkatan soft skill sampai hard skill. Namun sampai saat ini wacana itu belum kembali mencuat.

Sebelumnya diberitakan Radar Karawang, bagi kebanyakan orang, sampah merupakan hal yang jorok dan kotor. Tapi tidak bagi pria paruh baya sebut saja Dina. Setiap sore hari, bak sampah di jembatan Telagasari arah ke Desa Ciranggon, Kecamatan Majalaya, menjadi salah satu tempat memenuhi kebutuhan hidup.

Ia mengatakan, ada beberapa barang dari sebagian kecil tumpukan sampah tersebut yang masih bisa dimanfaatkan. Sebagian besar untuk pakan ternak, ada juga barang untuk didaur ulang, bahkan terdapat barang yang menurutnya masih layak untuk dikonsumsi. “Untuk pakan ternak, kalau gelas atau botol plastiknya bisa kita jual. Kadang masih ada yang bisa dikonsumsi,” akunya. kepada Radar Karawang.

Ia mengakui jika sesuatu barang yang sudah dibuang ke tempat sampah dapat dipastikan kotor dan jorok, terlebih barangnya tersebut dalam bentuk makanan, pasti makanan yang sudah basi. Dan ia menegaskan, tidak setiap hari menemukan makanan yang bisa dikonsumsi, hanya saja masih bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ternaknya. “Saya juga tau kalau di sampah ini sudah basi, saya hanya ngambil buat ternak aja,” ucapnya.(zie/rok)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button