Karawang Garap 2.330 Unit Rulahu Aladin

LEMAHABANG, RAKA – Jika sebelumnya, Karawang dijatah 700 unit bantuan Rumah Layak Huni (Rulahu) di tahun 2020, tahun 2021 ini Karawang betambah menjadi 2.330 unit.
Diketahui, bantuan rulahu jenis Atap Lantai Dindin (Aladin) ini menyasar ke-40 Desa di Karawang melalui Pemprov Jawa Barat yang akan digarap LPM/BKM/LKM Desa bersama pendamping fasilitator.
Kabid Pemukiman PRKP Karawang, H Baihaqi mengatakan, saat ini pihaknya gelar sosialisasi penyaluran Bansos Rulahu TA 2021 bersama tim teknis di 27 Kabupaten/kota di Jawa Barat, Senin pagi (8/2) di Desa Karangtanjung. Dalam sosialisasi tersebut, LPM dari 40 desa menyimak sosialisasi secara terpisah, ada yang di Kecamatan Tempuran, ada juga di Kecamatan Lemahabang.
Secara umum, sebutnya, Aladin senilai Rp16,5 juta per unit ini, secara kuantitas bertambah sasarannya. Jika di tahun 2020 hanya ada 700 unit rumah saja, untuk tahun ini bertambah menjadi 2.330 unit yang siap direalisasikan. “Ada 40 desa yang tersebar diberbagai kecamatan, insya Allah tahun ini direalisasikan,” katanya di sela-sela sosialisasi di Desa Karangtanjung.
Ia menambahkan, nama-nama desa yang jadi sasaran rulahu Aladin ini tidak secara langsung bisa ditunjuk, tapi murni hasil dari aplikasi si Rampak Sekar yang diajukan ditahun 2020. “Kita harapkan, semua LPM bisa menyerap sosialisasi ini dan perjalanan rulahu tetap lancar meskipun di tengah pandemi Covid-19. Ini kita terus jalankan harapan ibu bupati untuk merealisasikan ribuan rumah layak huni dari tahun ke tahun, baik yang reguler, aspirasi dan termasuk Aladin ini,” ungkapnya.
Kades Karangtanjung Juhari mengatakan, tahun ini pihaknya bisa merealisasikan sebanyak 60 unit Aladin untuk masyarakatnya. Setelah sosialisasi, pihaknya segera melakukan sosialisasi lanjutan kepada 60 warga penerima, bahwa ini bukan program reguler, tapi sebatas rehabilitasi Atap, Lantai, Dinding yang nominalnya Rp16,5 juta. Sehingga kekurangannya, dilakukan secara swadaya. “Ini bukan program reguler, jadi kita akan masif melakukan sosialisasi lanjutan,” pungkasnya. (rok)