Anak Berkebutuhan Khusus Sampaikan Pesan Melalui Gambar
KARAWANG, RAKA – Komunitas Anak Tangguh Karawang bersama dengan Keluarga Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) Strong Together melakukan kegiatan menggambar bagi anak-anak tuli.
Koordinator Penyelenggara Inten menyatakan, kegiatan tersebut bertujuan untuk mengembangkan dan meningkat potensi anak tuli dalam bidang seni. Melalui menggambar, anak tuli dapat menyalurkan perasaan, ide dan gagasan. “Fun drawing ini bagian dari acara kelas projek khusus anak tuli, salah satunya art. Semenjak covid baru pertamakali lagi, kalau dulu sering setahun 2 kali, mereka susah menyampaikan perasaan karena terkendala bahasa jadi melalui gambar bisa menyampaikan isi pesan,” ujarnya, Senin (29/5).
Ia melanjutkan, selain untuk anak-anak, kegiatan tersebut juga mempunyai manfaat bagi orang tua. Hal ini bertujuan untuk saling menguatkan dan tempat sebagai bertukar informasi. Kemudian orangtua juga akan memperoleh pengalaman baru. “Menggambar itu salah satu cara kita mengajarkan anak untuk berekspresi. Karena banyak banget anak-anak tuli itu yang sulit mengekspresikan diri. Mereka juga bisa bersosialisasi, ketemu temen baru, dapet pengalaman baru. Terus orang tuanya juga bisa ketemu dan saling nguatin,” tambahnya.
Susanti, penggiat Keluarga Bisindo memaparkan, komunitas ini bergerak untuk membimbing dan melatih sensorik anak. Kemudian ia pun menyatakan jika tim tersebut telah mempunyai pengalaman dalam membimbing anak-anak tuli untuk proyek seni dan kerajinan secara intensif. Hasil karya anak-anak pun dilelang dan dipamerkan. “Kebetulan kami sudah jalin kerjasama dengan yang di Jakarta, itu anak-anak bener-bener dibimbing sampai buka pameran, karyanya dilelang. Untuk yang di Karawang ini, paling tidak untuk wadah ekspresi anak-anak dulu, mereka juga jadi punya kesempatan besar untuk bergaul, terus kita juga punya bahan untuk kenal mereka lewat gambar,” ungkapnya.
Ia menerangkan kembali, anak tuli memiliki penglihatan lebih tajam dan lebih peka terhadap hal visual. Hal ini karena ketika terdapat satu indra yang tidak berfungsi, maka indra yang lain akan berfungsi secara lebih tajam. Ia tidak menyebutkan anak tuli dengan sebutan tunarungu, hal tersebut dikarenakan memilliki arti rusak. “Anak tuli dengan kita itu perbedaannya cuman cara komunikasi aja. Pada dasarnya anak-anak ini bahasanya beda dengan kita, mereka juga berkomunikasi tapi menggunakan mata, tangan dan indra lainnya. Tuli adalah orang yang berisyarat, cara komunikasi mereka adalah identitas dan budaya otentik tersendiri. Anak kami tidak rusak, mereka dilahirkan demikian dan sempurna. Produk Allah itu tidak ada yang cacat,” tutupnya. (nad)