![](https://sp-ao.shortpixel.ai/client/to_auto,q_glossy,ret_img,w_780,h_470/https://radarkarawang.id/wp-content/uploads/2020/05/1-4.jpg)
MENANAK NASI: Mak Iyeung (61) warga Bojongkarya, juru masak di dapur umum Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok, sedang menanak nasi, kemarin.
KARAWANG, RAKA – Bantuan beras sebanyak dua ton per kecamatan dari Pemerintah Kabupaten Karawang selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sudah didistribusikan ke sejumlah wilayah. Namun belum juga dibagikan dan dikonsumsi, beras tersebut berkutu. Di Kutawaluya misalnya, beras yang masih menumpuk di aula kantor kecamatan itu terlihat jelas banyak kutunya. Namun, menurut
Kasi Trantib Kecamatan Kutawaluya Rohendi, beras bantuan tersebut dinilai baik, hanya terlihat lebih kecil ukurannya atau bubuk. “Beras itu bagus, gak bau cuma aga bubuk aja, tapi segitu mah bagus,” ujarnya kepada Radar Karawang, Minggu (10/5).
![](https://sp-ao.shortpixel.ai/client/to_auto,q_glossy,ret_img,w_453,h_453/https://radarkarawang.id/wp-content/uploads/2020/05/HL-LAGI-1-1024x1024.jpg)
Ia mengatakan, beras sebanyak 40 karung untuk warga terdampak corona dari pemerintah daerah ini sudah ada di kantor kecamatan sejak Jumat (8/5). Hanya saja beras seberat 50 kilogram per karungnya tersebut belum didistribusikan ke 12 desa. “Saya heran, beras belum dibuka kok udah bilang bau dan hitam,” jelasnya.
Camat Kutawaluya Rohman mengaku, beras yang sudah ada di kantor kecamatan ini rencananya akan didistribusikan Senin (11/5). Dia mengaku dalam masa corona ini pemerintah daerah baru memberi bantuan berupa beras saja. “(Beras) dua ton dibagi 12 desa, sementara belum ada (bantuan), baru beras,” pungkasnya.
Sedangkan di Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok, beras bantuan yang dikonsumsi masyarakat juga bermasalah. Mak Iyeung (61) warga Bojongkarya, juru masak di dapur umum Desa Rengasdengklok Selatan, mengaku beras tersebut tercium bau dan banyak kutu, ditambah lagi terdapat batu-batu kecil. Sehingga dia dan juru masak lainnya harus mencuci beras itu sampai benar-benar bersih. “Kalau sebelum dimasak bau, tapi pas sudah jadi nasi gak kecium baunya,” pungkasnya,
General Manager Bulog Karawang Rusli, membenarkan jika beras tersebut diambil dari gudang bulog. Namun ia tidak membenarkan jika disebutkan beras yang dibagikan itu banyak terlihat hitam. Karena sebelumnya sudah dipilih oleh Dinas Pangan Kabupaten Karawang. Beras yang dibagikan untuk warga selama wabah Covid 19, merupakan jenis medium dan dipastikan bahwa beras tersebut layak untuk dikonsumsi. “Jika beras yang dibagikan itu dianggap tidak layak untuk dikonsumsi, bisa dikembalikan lagi ke gudang. Saya juga sudah sampaikan ke pak Kadarisman (Kepala Dinas Pangan Kabupaten Karawang),” katanya.
Kepala Dinas Pangan Kabupaten Karawang Kadarisman mengatakan, beras yang didistribusikan dua ton setiap kecamatan itu merupakan cadangan pangan Pemkab Karawang yang bisa dikeluarkan ketika terjadi bencana. Untuk memberikan bantuan akibat pandemi corona, Pemerintah Kabupaten Karawang mengeluarkan stok beras tersebut. “Stok beras tersebut disimpan di Bulog. Kemarin sudah didistribusikan ke semua kecamatan,” katanya.
Kadarisman menjelaskan, beras cadangan pangan itu merupakan beras dengan jenis medium. Karena sudah disimpan dan ditumpuk di Bulog, beras tersebut memang diakuinya banyak terlihat kutu pada beras.
Namun demikian, ia memastikan jika beras yang sudah dibagikan ke setiap kecamatan itu aman untuk dikonsumsi, dan sama sekali tidak berbau. Sebelum beras dikeluarkan, pihaknya sudak melakukan humigasi atau penyemprotan kutu. “Kami sudah pilah dulu. Yang dikeluarkan yang layak konsumsi. Kutunya sudah pada mati, pas dicuci akan terangkat kutunya. Kalau berbau sama sekali tidak,” ujarnya. (mra/nce)