BERSAMA KELUARGA: Kepala Puskesmas Adiarsa drg Veronica Maulana, MKM bersama suami dan anak-anaknya.
KARAWANG, RAKA – Minggu (8/11) sebelum sinar matahari terbit, Vero bukannya tak ingin menunggu anak bungsunya terbangun untuk mengucapkan selamat dan berdoa tepat ketika sang buah hati membuka matanya. Pada hari itu, selepas salat subuh tepat di hari ulang tahun anak gadisnya, ia mesti bergegas menjalankan tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Dua pasien terkonfirmasi positif covid-19 mesti segera ia jemput untuk dibawa ke rumah sakit.
Nama lengkapnya adalah drg Veronica Maulana, MKM, salah satu garda terdepan yang memerangi covid-19 di Karawang. Jabatannya sebagai kepala Puskesmas Adiarsa mempunyai peran penting. Ke atas ia mesti berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 dan Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, ke bawah ia mesti terjun langsung kepada masyarakat. Dan tentunya ia juga mesti bisa menjadi pemimpin dengan baik di tempatnya bertugas selama menghadapi covid-19.
Vero banyak bercerita tentang bagaimana ia dan para tenaga kesehatan di Puskesmas Adiarsa berjibaku menghadapi lonjakan pasien covid-19. Perjuangan mereka dimulai sejak akhir Februari lalu, sebelum adanya kasus pertama konfirmasi covid-19 di Karawang. “Karena ada salah satu mahasiswa Wuhan yang karantina di Natuna, pulang ke daerahnya masing-masing, ternyata ke (Kecamatan) Karawang Timur wilayah kerja saya,” ceritanya.
Hal inilah yang membuat Puskesmas Adiarsa nampak lebih siap menghadapi pandemi. Sebab sejak saat itu Vero mewanti-wanti timnya menghadapi pandemi yang berkepanjangan. “Allah gak mungkin tiba-tiba naruh ini anak ternyata di wilayah kerja saya, nah dari situ saya sudah bilang sama anak buah saya, hati-hati ini tanda dari Allah suatu saat kita akan ngurusin ini terus,” tuturnya lagi.
Menjalani pekerjaan sebagai tenaga kesehatan di tengah pandemi bukanlah hal yang mudah. Berbagai rintangan dihadapi, mulai dari gejolak sosial di masyarakat, psikologis pasien yang jatuh, hingga kenyataan masyarakat yang belakangan nampak abai dengan situasi saat ini, bahkan menganggap covid-19 hanya bualan belaka. Warga Perumnas Bumi Telukjambe Jalan Baladewa Blok MC No 41 RT 004/018, Desa Sukaluyu, Kecamatan Telukjambe Timur, itu meyakinkan bahwa kondisi dalam tubuh dan hasil tes swab membuktikan covid-19 benar-benar ada. “Apa sih susahnya mengakui itu, toh permintaannya juga gak susah-susah, cuma disuruh jaga jarak, pakai masker, kemudian cuci tangan, itu kan perilaku kebersihan loh,” jelasnya.
Meski demikian, ibu dari empat orang anak ini menuturkan motivasinya untuk tetap semangat adalah karena pekerjaan ini adalah tugasnya. Ia meyakini betul bahwa pada dasarnya ibadah itu berlandaskan pada sebuah perintah. Sebab itu ia yakin tugas yang dibebankan dan diperintahkan kepadanya juga merupakan ibadah selama menjalaninya dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab. Selain itu, ia menganggap tugasnya ini adalah suatu kehormatan sebab tidak semua orang mendapat amanah seberat ini.
Vero menyampaikan, ada tiga hal yang menjadi bekal selama menjalankan tugasnya. Pertama adalah melihat diri sebagai pelayan masyarakat, dengan demikian ia bisa berkomunikasi, membaur, dan memahami betul pasiennya. Kedua menyadari bahwa dirinya diberi pengetahuan lebih tentang kesehatan, sebab itu ia mesti menguasai betul informasi terkait covid-19 agar bisa menyampaikannya dan diterima dengan baik oleh masyarakat. Terakhir, keterampilan berkomunikasi sangat penting, hal ini terkait tindakan apa yang akan dilakukan berdasarkan informasi yang didapat dari pasien, dan bagaimana menjaga psikologis pasien setelah dinyatakan terkonfirmasi positif covid-19.
Pandemi covid-19 membuat segala hal dilakukan secata daring dari rumah, namun pada saat yang bersamaan ia tak bisa menemani anak-anaknya belajar. Jam kerjanya yang tak kenal waktu selama 8 bulan belakangan, membuat intensitas berinteraksi dengan keluarga berkurang. Namun baginya keluarga tetap nomor satu, sebisa mungkin ia menyempatkan bercengkrama meski lelah tak kunjung luluh.
Beruntung Vero memiliki suami yang mengerti akan tanggung jawab yang dipikulnya, begitu pun keempat anaknya. Terlebih sang sulung yang juga baru saja berulang tahun Sabtu kemarin cukup mandiri untuk mengasuh adik-adiknya. “Anak-anak saya kalau lihat berita di TV ada yang pakai hazmat dia suka bilang, itu mamah kerjanya kayak gitu. Alhamdulillah mereka mengerti pekerjaan ibunya,” ucap Vero.
Keseharian Vero saat ini tak lepas dari menjemput dan mengantar masyarakat yang terpapar Covid-19 ke rumah sakit. Ia juga terjun langsung mendampingi anak buahnya melakukan tracing. Hal ini tentunya menimbulkan sedikit kekhawatiran menularkan virus ini kepada keluarganya. Untuk mencegah hal buruk ini, ia telah menyiapkan tempat cuci tangan di depan rumahnya. Ia juga tak bisa berleha-leha setiba di rumah setelah bekerja, melainkan langsung membersihkan seluruh badan. “Anak-anak suka tanya, mah sudah boleh peluk dan cium belum, kalau saya sudah mandi baru saya izinkan,” tuturnya.
Sang suami, Muhammad Dian Firmansyah memegang prinsip jika dapat memberi manfaat bagi banyak orang maka teruslah lakukan hal itu. Ia sendiri kenal betul sang istri adalah pribadi yang tak segan untuk membantu. Menurutnya salah satu nilai lebih dari Vero adalah kemampuannya berkomunikasi dengan baik dan keramahannya. Hal inilah yang menurutnya menjadi bekal utama Vero dapat menjalankan tugas dan diterima dengan baik oleh masyarakat. “Saya juga banyak belajar dari beliau, saya lihat beliau banyak bersedekah, minimal senyumannya adalah sedekah,” ungkapnya.
Sementara itu, anak lelaki satu-satunya, Naufal Athallah Musyafa Aldira mengaku kerap penasaran apa saja yang dikerjakan sang ibu selama pandemi ini. Namun saat ini ia cukup mengerti perihal tugas dan tanggung jawab pekerjaan sang ibu. Siswa kelas 6 SD ini juga bangga dengan sang ibu, sebab dapat menolong banyak orang. Ia berharap sang ibu tetap diberi kesehatan. “Buat mamah semoga bisa lebih kuat mengahadapi pasien, bisa lebih semangat,” harapnya. (din)