KARAWANG

BUMDes Garap Simpan Pinjam dan Kelola Sampah

KOTABARU, RAKA – Banyak usaha yang bisa dijalankan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Baik itu koperasi simpan pinjam, ataupun usaha lain. Dalam menjalankan usahanya, BUMDes Cikampek Utara melakukan simpan pinjam dan pengelolaan sampah.

Umar, Kepala Desa Cikampek Utara menyampaikan, ada 2 usaha yang dijalankan oleh BUMDes. Diantaranya ialah simpan pinjam dan pengelolaan kebersihan atau jasa penarikan sampah. “Sekarang itu 2 jenis usaha. Sampah sama simpan pinjam,” kata Umar, kepada Radar Karawang.

Simpan pinjam, kata Umar, bertujuan untuk membantu warga di wilayah desanya agar tidak terlilit oleh hutang terhadap rentenir atau bank emok. “Tujuannya untuk membantu warga dan melawan bank emok juga. Karena pinjaman di BUMDes tanpa bunga. Hanya bayar administrasi Rp10 sampai Rp15 ribu untuk biaya materai sama yang lain-lain,” ujarnya.

Menurut Umar, pinjaman yang diberikannya, hanya sebesar Rp500 ribu sampai Rp1 juta. Adapun bantuan yang diberikan dari desa untuk BUMDes dalam usaha simpan pinjam hanya Rp30.000.000. “Kalau di tahun sekarang ada juga bantuan untuk pembelian laptop, printer dan lemari untuk BUMDes,” katanya.

Selain itu, kata Umar, pemerintahan Desa Cikampek Utara juga mengarap usaha penarikan sampah lingkungan. “Kalau Sampah pengelolanya di luar dari pengurus BUMDes,” ujarnya.

Usep, salah seorang pengelola usaha jasa pengangkutan sampah di BUMDes Cikampek utara menyampaikan, sejak bulan Maret lalu ia diberikan amanah oleh Kepala Desa Cikampek Utara untuk mengelola usaha jasa pengangkutan sampah yang dijalankan oleh BUMDes Cikampek Utara. “Sejak bulan Maret saya mulai ngelola. Dikasih modalnya mobil untuk ngangkut. Baru bisa berjalan stabil di bulan Juli,” kata Usep.

Dikatakan Usep, awalnya ia hanya menarik sampah dari 129 rumah warga yang ada di empat dusun. Alhasil, keuntungan yang diperolehnya pun tak sebanding dengan kerja dan modal yang dikeluarkan. “Awalnya masih belum ada keuntungan. Malah saya sendiri kadang suka nombokin,” ujarnya.

Saat ini, kata Usep, sudah ada 400 rumah dari 4 dusun yang ia angkut sampahnya. Biaya pengangkutan pun bervariasi. Ada yang perbulan Rp20 ribu bahkan ada yang sampai Rp100 ribu. “Kesepakatan dulu sama warganya. Kalau yang punya usaha koveksi kan sampahnya banyak, jadi perbulannya ada yang sampai Rp100 ribu,” paparnya.

Lebih jauh ia menjelaskan, penghasilan yang didapatkan dari usaha tersebut sekitar Rp10 juta dalam setiap bulannya. Namun meski penghasilan sudah mencapai Rp10 juta perbulan, keuntungan yang didapat belum mampu untuk memberikan Pendapatan Asli Desa (PADes). “Keuntungan bersih sebulan satu jutaan. Karena dipotong operasional, gaji operator dan sopir. Untuk biaya bongkar juga kan sekali angkut Rp20 ribu. Sehari saya 2 kali ngangkut,” jelasnya.

Menurutnya, dengan adanya BUMDes yang bergerak dalam jasa pengangkutan sampah, banyak nilai manfaat yang bisa diambil. Selain keuntungan yang bisa meningkatkan PADes, permasalahan sampah yang sebelumnya selalu menjadi keluhan masyarakat juga bisa teratasi. “Dengan diangkutnya sampah warga, tidak ada lagi yang membuang sampah sembarangan. Kalau dulu kan di Mekarsari itu jadi tempat sampah. Sekarang alhamdulillah gak ada sampah,” terangnya.

Selain itu, tambah Usep, adanya usaha tersebut juga bisa menyerap tenaga kerja meski hanya beberapa orang dengan penghasilan yang lumayan besar. “Yang kerja ada 5 orang. Sopir 1 orang gaji Rp2 juta, operator 2 orang gajinya Rp1,6 juta dan penagih 2 orang gajinya sama dengan operator. Bahkan operator sama sopir dapat juga tambahan dari rongsoknya. Dua minggu sekali menjual rongsok suka dapat Rp300 sampai Rp400 ribu,” pungkasnya. (cr2)

Related Articles

Back to top button