Cuaca Mendung, Gerhana tak Terlihat
KARAWANG, RAKA- Fenomena gerhana bulan total terjadi, Selasa (8/11) petang. Namun, sejumlah masyarakat di Karawang dan daerah lainnya tak dapat menyaksikan fenomena alam ini karena cuaca mendung.
Abdullah (36), warga Karawang Timur mengaku tidak dapat melihat gerhana bulan karena awan mendung menghalanginya. “Dari sore emang hujan, pas malam tak terlihat bulannya,” katanya.
Padahal, lanjutnya, ia sangat ingin menyaksikan fenomena alam ini. “Saya ingin menyaksikan langsung sebetulnya, tapi bagaimana lagi tidak terlihat,” ujarnya.
Hal senada juga dikatakan Wahyudin (45) warga Purwasari, di daerahnya tidak terlihat gerhana karena terhalang mendung. “Saya tidak melihat, soalnya mendung,” terangnya.
Sementara itu, Observatorium Albiruni dan Fakultas Syariah (Fasya) bekerjasama dengan Badan Hisab dan Rukyat Daerah (BHRD) Jawa Barat melakukan pengamatan gerhana bulan total di Observatorium Albiruni Unisba, Selasa (8/11). Ketua Pelaksana Pengamatan Gerhana Bulan Total, Encep Abdul Rojak mengatakan, pengamatan ini dilakukan dengan koordinat tempat Lintang -6°54’12” LS, Bujur 107°36’32” BT dan ketinggian tempatnya 783 meter diatas permukaan laut. Berdasarkan data Ephemeris, gerhana ini dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia, juga negara-negara di Asia, Australia, Asia Pasifik dan Amerika. “Data gerhana bulan kali ini terdiri dari Durasi gerhana Penumbra selama 5jam 53menit 51detik, durasi gerhana Umbra selama 3 jam 39 menit 50detik dan durasi gerhana total selama 1jam 24menit 58 detik,” ujarnya.
Akan tetapi, maksimum gerhana pukul 17.59 WIB tidak bisa terlihat karena terhalang kondisi cuaca. Akibatnya, Wakil Kepala Observatorium Albiruni Unsiba, Fahmi Fatwa mengatakan, pemantauan gerhana bulan total akan sulit dilihat jika melihat cuaca langit yang diselimuti awan gelap. “Pantauan kondisi cuaca, kami akan sulit mengamati bulan. Posisi bulan sudah terbit tetapi terhalang awan,” katanya.
Menurutnya, tim peneliti masih akan melakukan pengamatan hingga pukul 19.59 WIB. Mahasiswa Unisba dan pengunjung-pun tampak masih memadati Observaotorium Albiruni. “Sampai pukul 19.59 WIB masih dilakukan pengamatan. Siapa tahu posisi awan bagian ufuk terlihat,” tuturnya.
Fahmi menjelaskan, bila cuaca mendukung, Observatorium Albiruni bakal melakukan pengamatan dengan tiga buah teropong yakni dua teropong digital dan satu teropong manual yang kemudian visualnya disiarkan langsung di Masjid Al-Asy’ari Unisba. “Tadinya mau via zoom, terus di live ke masjid. Jadi tetap dilaksanakan salat gerhana. Karena satu tempat bisa mengamati maka itu kami pahami sebagai fenomena,” tuturnya. (asy/rbg)