Exotic Pets Owner Society
KOLEKSI: Anggota Expose menunjukan koleksi binatang eksotis.
Edukasi Ciri Ular Berbahaya
KARAWANG, RAKA – Banyak masyarakat yang masih awam mengenai penanganan ular jika masuk ke rumah. Hal ini menjadi perhatian komunitas Exotic Pets Owner Sosicety (Expose) Regional Karawang yang rajin memberi edukasi kepada masyarakat. “Terus antisipasi gimana agar ular tidak masuk rumah, biar gak dikaitkan dengan hal-hal mistis,” terang Wakil Ketua Expose Karawang Rivan Febriansyah kepada Radar Karawang.
Salah satu anggota Expose Dhanial Basyar (45) menambahkan, edukasi yang diberikan oleh komunitasnya juga untuk merubah pandangan masyarakat terhadap ular. Diakuinya ular itu berbahaya, namun dari sekian banyak spesies ular tidak sampai 20 persen yang berbahaya. “Kita memberi edukasi ke masyarakat bagaimana ciri ular yang berbahaya, jangan sampai ada yang terobsesi pegang ular tapi tidak tahu itu high venom,” ucapnya.
Sebagai komunitas pecinta binatang eksotik, Expose sebetulnya tidak ingin ada hewan, khususnya ular yang terbunuh karena manusia. Dengan edukasi yang mereka berikan, diharapakan masyarakat lebih memilih menggiring atau menangkapnya untuk dirilis di habitatnya. “Kecuali kalau benar-benar terdesak, meski sama sekali awam, bunuh saja gak apa-apa, tapi dengan harapan hal seperti itu tidak terjadi lagi,” tambahnya.
Selain memberi edukasi tentang penanganan ular, ilmu penting yang mereka bagikan adalah bagaimana cara menangani gigitan ular. Keselamatan orang yang digigit ular itu tergantung bagaimana pertolongan pertama yang dilakukan. “Tapi jangan karena sudah ada penanganan pertama, sudah saja didiemin gak dibawa ke rumah sakit,” timbal Rivan.
Expose sendiri terbentuk di Karawang sejak 2017. Komunitas ini sebenarnya tidak hanya konsen terhadap ular, melainkan binatang eksotis lainnya seperti kucing, iguana, kura-kura dan lainnya. “Berarti yang tidak lazim, jarang-jarang, bisa reptil, mamalia, yang lainnnya,” tutur Cantigi Nadia (25), salah satu anggota Expose lainnya.
Mereka biasa memberi edukasi dalam berbagai acara atau juga ke sekolah-sekolah maupun tempat umum. Setiap Minggu juga mereka rajin gathering di Lapang Karangpawitan seperti saat ditemui Radar Karawang. Cantigi menjawab pertanyaan yang kerap muncul di masyarakat, yakni mengapa mereka memelihara alih-alih melepaskan jika benar sayang binatang. Dijelaskannya, hewan yang mereka pelihara merupakan hasil pengembangbiakan, bukan ngambil dari alam. “Kita juga suka dipanggil untuk rescue, nah setelah kita tangkap itu kita rilis kembali. Kalau tidak memungkinkan dilepas karena terlihat sakit atau ada luka, kita keep dulu sampai memungkinkan rilis,” pungkasnya. (din)