KARAWANG

Generasi Muda Saatnya Belajar Mendongeng

SIAP MENDONGENG: Para anggota Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Karawang usai mengadakan pelatihan teknik mendongeng praktis di sanggar Lab Teater Lumbung, Kampung Budaya, Telukjambe Timur, Minggu (6/9). 

KARAWANG, RAKA – Dongeng tak lepas dari kehidupan dan budaya masyarakat tak terkecuali di Indonesia. Dongeng begitu identik dengan anak-anak, maka tak heran jika sejak kecil kita kerap mendengar dongeng si kancil, timun mas, atau sakadang monyet dan sakadang kuya yang merupakan dongeng khas Sunda. Namun sayangnya saat ini tak banyak generasi muda yang bisa dan mau mendongeng.

Kondisi seperti itulah yang membuat Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Karawang mengadakan pelatihan teknik mendongeng praktis di sanggar Lab Teater Lumbung, Kampung Budaya, Telukjambe Timur, Minggu (6/9). 
Kegiatan yang menghadirkan maestro dongeng Paman Kwek-Kwek ini diikuti para pengurus Taman Baca Masyarakat (TBM) di beberapa kecamatan se-Karawang. Meski jumlah peserta dibatasi hanya 15 orang, namun mereka nampak antusias mengikuti pelatihan dongeng ini.

Ketua FTBM Karawang Nurul Ilmi mengatakan, sejauh ini menurutnya belum ada pendongeng asli orang Karawang. Ia sendiri mengaku setiap kegiatan berkaitan dengan anak-anak yang diselenggarakan oleh FTBM Karawang, kerap mengundang pendongeng dari luar. “Targetnya ada kader untuk pendongeng, pokoknya kita bisa pengkaderan ke teman-teman atau relawan baca di TBM,” ucapnya.

Kegiatan ini sebetulnya rutin dilaksanakan setiap enam bulan sekali, namun sempat tertunda akibat pandemi corona. Ia juga berharap ilmu yang didapatkan dari pelatihan ini menjadi bekal dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh para peserta. “Harapannya teman-teman bisa mempraktekan di tempatnya masing-masing, di TBM-nya masing-masing, dan pemuda lainnya juga bisa berpartisipasi untuk meramaikan dongeng di Karawang,” harapnya.

Dongeng kerap dijadikan media untuk mendidik anak, bahkan dalam budaya Sunda disebut dongeng sebagai upaya agar anak tidak menjadi cengeng dengan menuturkan sebuah cerita. Ini berarti dongeng punya kekuatan untuk menambah pengetahuan, memumpuk karakter baik, sekaligus menjadi hiburan bagi anak. “Dongeng itu kalau kata guyonan orang Sunda, ngabobodo budak cengeng (menyiasati anak cengeng),” terang Paman Kwek-Kwek.

Pria bernama lengkap Hendra Wijaya Putra ini menyampaikan, dongeng memiliki berbagai ragam dan warna. Dengan dongeng kita bisa mengangkat pendidikan, budaya, dan lain sebagainya. Hal ini sebab alur cerita pada dongeng mengandung unsur nilai kebaikan. “Dongeng saat ini sudah bisa dikemas dan bahkan dongeng itu menjadi bahan orator para motivator,” ucapnya yang juga pendiri Teater Lumbung.

Baginya dongeng adalah bagian tak terpisahkan dari pendidikan anak yang menjelma menjadi pendidikan yang menyenangkan. Dengan demikian anak akan lebih mendengarkan dan lebih tertarik, sehingga lebih mudah menyerap materi yang disampaikan. Dalam pendidikan formal, pelajaran berhitung misalnya, dongeng pun bisa diterapkan sebagai metode penyampaian materi pembelajaran.

Dongeng jangan hanya dilihat sebagai suatu warisan budaya zaman dulu, melainkan dongeng itu sendiri bisa dilihat dari kacamata kekinian. Dengan demikian dongeng dapat tetap dimanfaatkan guna menyampaikan pesan moral yang ada di dalamnya. Bahkan ia meyakinkan dongeng bisa menjadi komoditi dan generasi muda bisa berkarya melalui dongeng dan menjadikannya sumber penghidupan. “Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karawang segera melek bahwanya potensi generasi muda di Karawang itu ada,” ujarnya.

Adapun materi yang disampaikan Paman Kwek-Kwek hari Minggu itu salah satunya adalah tahapan mendongeng. Ia yang bergelar master of storytelling ini menerangkan setidaknya ada tujuh tahapan saat mendongeng mulai dari pembuka, pengenalan tokoh, pengenalan karakter, dan klimaks. Tiga tahapan selanjutnya mengikuti di akhir yakni antiklimkas, resolusi, dan penutup. “Generasi milenial, gua yakin sama lu orang, ingat, manfaatin waktu lu sebaik mungkin,” pesannya. (din)

Related Articles

Back to top button