1.070 Warga Purwakarta Tuberkulosis

Kasi P3M Dinkes Purwakarta
Meisera Pramayanti
PURWAKARTA, RAKA – Pengidap Tuberkulosis di Purwakarta mencapai 1.070. Penyakit itu menjadi prioritas kedua bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam penanganannya.
Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta, Meisera Pramayanti mengatakan, untuk penyakit TB banyak sekali pengidap yang tidak berkelanjutan dalam mengonsumsi obat, akibatnya kondisi pengidap bisa bertambah parah. “TB banyak yang gak mau minum obat lagi, karena merasa sudah sehat. Padahal penyakitnya belum sembuh dan bisa menularkan serta bisa jadi penyakitnya tahan (resistance) terhadap obat,” terangnya, Senin (23/12).
Kalau sudah begitu (penyakit tahan terhadap obat), lanjut Meisera, harus dirujuk ke Bandung dan biaya obatnya lebih mahal dengan perbandingan bisa sampai 80 sampai 100 kali lipat. “Kalau yang belum parah TB-nya, harga obatnya jutaan, tapi kalau sudah parah bisa ratusan juta,” terangnya.
Ia juga menyebut, dalam setahun virus TB bisa menular ke 15 orang. Pasien HIV juga banyak yang meninggal karena TB. “Pengidap TB ada 1.070 tahun ini. Per tahun ditemukan seribu lebih, namun target temuan harusnya mencapai 2 ribu,” terangnya.
Meisera juga mengatakan, bentuk pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah dalam menaggulangi TB ialah mulai dari pemberian vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG) untuk bayi, serta penyuluhan kesehatan untuk masysrakat, dan juga deteksi dini. “Obat minum disubsidi oleh pemerintah, yang harus diminum 2 bulan sebelum dites kembali, kalau kumannya kedapati belum mati maka di cek melalui TCM. Jika masih brlum berhasil diberi obat kategori 2, itu baru disuntik tiap hari dan dievaluasi selama 5 bulan. Pengidap Resistance TB kurang lebih 10, itu yang baru ketahuan,” jelasnya.
Ia juga menghimbau, jika mengalami batuk dengan jangka waktu lama, segera memeriksakan diri ke puskesmas terdekat atau dokter dan rumah sakit. Karena ditakutkan bukan batuk biasa. “Kalau anak-anak dilakukan tes mantuk khusus TB. Sekarang ada alat pendeteksi TB yang canggih, yakni TCM di Puskesmas Purwakarta dan Rumah Sakit Bayu Asih,” paparnya.
Sementara Pengelola Program di Komisi Pengelolaan AIDS Kabupaten Purwakarta Wahyu Yulhaidir mengatakan, temuan paling rendah di tahun 2013 ada 79 kasus, namun di 2018 meningkat hingga 194. “Kalau tahun sekarang sampai dengan Agustus 2019 ada 94 temuan kasus baru, data tersebut dari Rumah Sakit Bayu Asih. Tahun 2018 Purwakarta menempati posisi ke 11 se-Jawa Barat,” ungkap Wahyu.
Dia mengaku, secara program pihaknya dinilai berhasil untuk mengidentifikasi kasus baru. Ditambahkannya, rata-rata umur ODHA di Kabupaten Purwakarta berada di usia produktif, antara umur 17 sampai dengan 60 tahun. “Faktor risiko penularan paling tinggi dari lelaki seks lelaki (LSL) paling banyak didominasi yakni 59 persen, pekerja seks 10 persen, lain-lain 7 persen, pelanggan seks 11 persen, dan pasangan 8 persen,” pungkasnya. (ris)