Investor Kabur ke Daerah Lain
KARAWANG, RAKA – Dalam kurun waktu dua tahun, jumlah pengangguran baru di Kabupaten Karawang terus membengkak hingga lebih dari 21 ribu orang. Sementara serapan pekerja hanya mampu menampung 15 ribu buruh baru di perusahaan yang ada di sejumlah kawasan, seperti KIIC, Surya Cipta maupun BIC. Tak jarang, faktor upah tinggi membuat sejumlah perusahaan memilih aman dengan berselingkuh lokasi di luar Karawang, yang mematok upah minimum lebih rendah.
Anggota Komisi 1 DPRD Karawang Asep Saepudin Zukhri mengaku, urusan tenaga kerja acapkali jadi blunder setiap kegiatan reses. Maklum saja, Karawang dengan label kawasan industri terbesar di Asia Tenggara, selalu jadi pertanyaan masyarakat asli Karawang sebagai tuan rumah. UMK yang semakin tinggi berdampak pada banyaknya PHK. Bukan di sektor tekstil saja, tetapi juga dari produsen lainnya. “Itu terjadi selain UMK tinggi, juga karena memang keadaan ekonomi yang belum stabil, ditambah dengan membengkaknya biaya produksi, seperti tarif dasar listrik dan BBM yang merangkak naik harganya,” ungkapnya kepada Radar Karawang.
Politisi Partai Gerindra ini menambahkan, akibat beban tersebut, tak jarang para pelaku usaha memilih mencari wilayah yang lebih aman, lebih nyaman dan lebih murah upahnya, lalu memindahkan perusahaannya ke Majalengka, Subang, Indramayu dan ke Jawa Tengah. Yang lebih miris, ada pabrik-pabrik yang mengklaim bangkrut, tapi pindah ke perkampungan pelosok dengan karyawan yang dibayar jauh dari upah minimum. “Saya enggan komentari lokasi-lokasi itu, yang jelas banyak masukan dan saran yang masuk selama saya reses,” tuturnya.
Lebih jauh Asep berharap solusi pengentasan semua ini bolanya ada di Pemerintah Kabupaten Karawang. “Buat para pengusaha itu nyaman, agar tidak berselingkuh dengan daerah lainnya,” pungkasnya. (rud)