KARAWANG

Keluarga Minta Cahya Supriadi Tidak Cepat Puas

KARAWANG, RAKA – Menjadi pemain sepak bola yang masuk dalam jajaran Tim Nasional merupakan impian para atlet dan generasi muda di Indonesia. Namun bagi Cahya Supriadi, menjadi pemain Timnas bukan lagi hanya sebuah mimpi. Pemuda asal Kampung Cikampek Tua Timur RT008/RW004, Desa Cikampek Pusaka, Kecamatan Cikampek ini sudah berhasil mewujudkan mimpinya menjadi pemain Timnas Indonesia.
Nama Cahya Supriadi menjadi tenar di kalangan pecinta sepakbola di Karawang, khususnya di wilayah Cikampek dan sekitarnya. Pemuda kelahiran Karawang 11 Februari 2003 menjadi kebanggaan warga Karawang, terlebih bagi keluarganya, karena ia terpilih menjadi penjaga gawang Timnas Indonesia U-19. Cahya juga mendapat banyak pujian dan apresiasi dari masyarakat saat membela Timnas Indonesia pada Piala AFF U-19 kemarin.
“Saya dengan keluarga tentunya bangga dan sangat bersyukur Cahya bisa masuk Timnas. Semoga kedepan karirnya terus meningkat dan semakin sukses,” ujar Deni Suganda kakak kandung Cahya.
Deni mengatakan, bakat sepakbola sudah ada sejak Cahya kecil. Kegemarannya terhadap sepakbola sudah ada sejak ia masih di bangku Sekolah Dasar (SD). Sejak masih di SSB Kujang Cikampek, Cahya juga sudah menonjol dan berbakat menjadi seorang penjaga gawang. Beberapa piagam, medali dan juga tropi sudah ia dapatkan saat itu.
Awal mulanya Cahya serius berlatih sepakbola, kata Deni, saat usia Cahya baru 8 tahun, ada turnamen anak kecil seusianya. Namun Cahya hanya menjadi pemain cadangan dan tidak pernah diikutsertakan bermain. “Pulang ke rumah itu nangis karena tidak dikasih kesempatan main. Dari situ dia minta ke saya pengen masuk SSB dan saya antar ke SSB Kujang Cikampek,” tuturnya.
Sejak kelas 3 SD sampai kelas 6, lanjut Deni, Cahya ikut berlatih bersama SSB Kujang Cikampek. Saat masuk SMP, Cahya didaftarkan ke SSB Blue Eagle Jakarta dan mengikuti latihan dua kali dalam seminggu. Sementara sekolahnya di SMPN 1 Kotabaru. “Berangkat hari Jumat ke Jakarta, pulang hari Minggu. Kadang di waktu senggangnya dia ikut latihan di Benfica Karawang atau main futsal. Makanya dari dulu juga jarang di rumah,” ucapnya.
Ketika lulus SMP, awalnya Cahya sekolah di SMK Pakusarakan Karawang. Namun karena harus tetap mengikuti latihan di Jakarta, sekolahnya harus pindah juga ke Jakarta. “Karena sekolahnya harus beberapa radius dari tempat latihan,” ujarnya.
Kemudian, lanjutnya, pada tahun 2018 Cahya mengikuti seleksi di Persija Usia 16 tahun dan tahun berikutnya mengikuti seleksi usia 18. “Saat ini sudah 2 tahun di Persija senior dan alhamdulillah masuk Timnas U-19,” paparnya.
Deni juga berharap kedepan adiknya bisa terus berkiprah dan berkarir di dunia sepakbola dan terus bermain membela Timnas Indonesia. “Kami juga dari keluarga selalu menasehati agar Cahya selalu rendah hati, terus fokus berlatih dan tidak puas dengan prestasi yang diraihnya saat ini,” pungkasnya.(nce)

Related Articles

Back to top button