Lampu Lalu Lintas, Lupakanlah
KARAWANG, RAKA – Di Kabupaten Karawang kerap muncul keanehan. Terutama di jalanan. Ada banyak perempatan tanpa rambu lalu lintas, ada juga yang berdiri dengan tegap lampu lalu lintas namun dicueki pengendara motor atau pengemudi mobil. Ada juga yang mati segan, hidup tidak mau alias lampu lalu lintasnya ada, tapi tidak berfungsi. Macam-macam kondisinya. Namun yang jelas, jika tidak ada petugas kepolisian yang berjuga, lampu lalu lintas dianggap tiang biasa tanpa makna.
Di perempatan Pasar Telagasari misalnya, nyaris tidak pernah sepi dari lalu lalang kendaraan. Namun tidak ada lampu lalu lintas. “Sekadar peringatan saja, minimal dari kejauhan pada pengendara tahu ada persimpangan,” ungkap Wasim, pengunjung Pasar Wadas.
Beda lagi dengan Buldani. Menurutnya keberadaan lampu lalu lintas tidak akan efektif jika tidak ada polisi yang berjaga. “Kalah tidak ada yang nongkrongin, tidak akan digubris sama pengendara,” tuturnya.
Hal serupa juga terjadi di pertigaan lampu merah gerbang tol Karawang Timur. Lampu lalu lintas tidak terlalu dihiraukan pengendara dari arah Karawang menuju Cikampek. Meski lampu merah menyala, pengendara bablas. Begitu pula di pertigaan Simpang Mutiara. Lampu merah tidak lagi patokan para pengendara. Seolah sudah paham arah masing-masing, para pengendara motor maupun pengemudi mobil sudah saling memberi toleransi. Siapa maju duluan, maka yang lain berhenti sambil menunggu kendaraan tersebut lewat. Padahal, itu juga berbahaya. Karena bisa saja ada kendaraan yang menyerobot dan terjadi tabrakan.
Sementara lampu lalu lintas di perempatan Pasar Telagasari tak ubahnya lampu hias di taman. Terpasang namun hampir tak bermanfaat bagi pengendara. Meski lampu lalu lintas atau biasa disebut lampu merah itu terpasang di tiap penjuru jalan, namun kepadatan lalu lintas di perempatan Telagasari tetap tak bisa terhindarkan. Seorang pengendara motor yang menepi, Herlambang (33) warga Kutawaluya yang berencana ke Cikampek melalui jalur Telagasari, terkekeh saat membahas kegunaan lampu merah itu. “Saya bingung, meskipun lampu merah ada, tetap saja kayak gak dilihat pengendara,” celetuknya.
Melihat kesemrawutan pengendara yang melintasi perempatan, dia merasa jika perhatian pemerintah melalui pemasangan lampu merah itu seolah tak digubris dan terkesan mubazir. Warga setempat, Nurhasan (37) mengaku, lampu merah itu terpasang sudah sejak lama. Awalnya pengendara memang patuh, apalagi jika ditongkrongi pihak keamanan. Namun selang beberapa lama, banyak pengendara yang tak mengindahkan keberadaan lampu merah itu. “Taat kalo diliat saja,” katanya.
Hingga saat ini lampu merah itu tak padam, masih aktif dan bisa dipergunakan jika pengendaranya memang sadar lalu lintas. Menurutnya bukan kesalahan pemerintah, karena sudah menyediakan lampu merah sebagai pengatur ritme lalu lintas. “Masyarakatnya saja yang gak tertib,” pungkasnya. (psn)