Mahasiswa Rindu Kampus
Belajar Lewat Internet Kurang Efektif
KARAWANG, RAKA – Tiga bulan lamanya tidak menginjakan kaki di kampus tentu menyisakan rasa rindu di hati para mahasiswa. Pembelajaran jarak jauh dari rumah tidak bisa menggantikan suasana belajar di kampus.
Mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam Unsika Siti Mela Khoeriyah (19) mengatakan, lebih banyak duka ketimbang suka selama belajar di rumah. Belajar daring menurutnya sangat tidak efektif karena banyak kendala seperti susah sinyal, boros kuota, juga materi yang tidak terserap dengan baik. Ia sangat merindukan suasana kampus, baik saat mengerjakan tugas bersama teman atau sekadar saling bertukar obrolan. “Berangkat ngampus bareng sampai pulangnya bareng, jujur kangen banget masa-masa itu,” ucap mahasiswa semester 5 ini.
Meski di rumah saja membosankan, ia selalu mencoba melakukan aktivitas positif dengan belajar memasak bersama mamah tercinta. Hikmah yang didapatinya selama pandemi ini adalah lebih dekat dengan keluarga. Ia tak menampik kerap muncul rasa bosan, namun ia yakin banyak hikmah di balik cobaan ini. Adapun menjelang adaptasi kebiasaan baru sebagai mahasiswa, ia akan membiasakan diri membawa perlengkapan sesuai anjuran protokol kesehatan seperti hand sanitizer, masker, dan perlengkapan ibadah pribadi.
Mahasiswa lainnya, Nafisah (20) merasakan betul perbedaan atmosfer belajar di kampus ketimbang di rumah, hal itu membuatnya sedih. Namun ia berpikir positif bahwa ini adalah jalan terbaik, dan mesti dijalani sepenuh hati. Kegiatannya di rumah selalu berkutat dengan laptop karena banyaknya tugas kuliah. Namun tentunya lebih banyak waktu untuk berkumpul bersama keluarga.
Mahasiswa semester 6 Pendidikan Bahasa Inggris Unsika ini juga merindukan situasi dan kondisi kampusnya, rindu teman baik di kelas maupun organisasi, tak terkecuali rindu rasanya deg-degan saat presentasi di kelas.
Mengenai adaptasi kebiasaan baru, sebagai mahasiswa ia akan menyiapkan mental untuk kembali ke kampus dengan teteap menjalankan protokol kesehatan. Ia ingin pandemi ini cepat berakhir, sektor perekonomian negara dapat kembali normal, begitupun juga dengan pendidikan. “Dan semoga saja saya bisa tetap merasakan bagaimana rasanya terjun langsung ke masyarakat seperti KKN dan PLP,” harapnya.
Aeni Indriyati (22), mahasiswa semester 6 Farmasi UBP mengaku senang dengan belajar dari rumah yang fleksibel, namun juga sedih karena lebih ribet, mesti memahami sendiri materi kuliah, dan jaringan internet yang kadang menghambat. Sambil mengerjakan setiap tugas kuliahnya, ia juga tetap menjalankan tugasnya sebagai anak dengan membantu orang tua di rumah.
Sebagai mahasiswa farmasi, ia merindukan saat-saat di kampus yang biasanya bergelut dengan praktikum di laboratorium. Namun saat ini harus puas belajar via Youtube yang susah untuk dibayangkan. Saat AKB nanti ia akan tetap selalu menjaga kesehatan dan keluar rumah jika hanya ada keperluan. “Semoga keadaan segera membaik, bumi membaik dan pastinya kehidupan kembali seperti semula, dan saling menjaga satu sama lain,” ujarnya.
Sementara itu Rizky Lazuardi (20), mahasiswa semsester 6 Manajemen Unsika berpendapat pembelajaran daring kurang efektif. Selain beberapa dosen kerap hanya memberi bahan materi dan tugas saja, ia pun merasa kesulitan bertanya langsung. Saat-saat berkumpul dengan teman adalah hal yang paling dirindukannya. “Kalau kerja kelompok ketemu langsung kan lebih enak, lebih nyambung, kalau lewat video call takutnya ada salah tangkap,” katanya.
Ia sendiri mengaku siap jika belajar dari rumah masih diberlakukan sampai beberapa bulan kedepan. Namun ia berharap dosen lebih kreatif menyampaikan materi untuk membantu mahasiswa memahaminya. “Ada dosen yang ngejelasin materi tuh benar-benar ngejelasin, sampai dia buat video sendiri, harapannya sih semua dosen kaya gitu,” pungkasnya. (din)