KARAWANG

Manfaatkan Feses Sapi, Mahasiswa KKN Unsika Ciptakan Biogas

KARAWANG,RAKA- Kelompok KKN (Kuliah Kerja Nyata) Unsika di Bayur Kidul, Kecamatan Cilamaya Kulon, berhasil membuat inovasi baru yang berasal dari potensi yang dimiliki desa yaitu membuat biogas dari feses sapi.
Desa Bayur Kidul merupakan desa yang memiliki sumber daya alam di bidang pertanian, perkebunan dan peternakan. Sebagian besar masyarakatnya memiliki mata pencaharian sebagai petani dan mayoritas memiliki hewan ternak seperti kambing, domba, sapi maupun bebek. Dengan sumber daya alam desa yang diketahui, mahasiswa KKN Karawang berinisiatif untuk membuat inovasi berdasarkan dari potensi desa sebagai salah satu program kerja utama. Hal ini diharapkan dapat berlangsung dengan keberlanjutan dan membantu masyarakat setempat. Inovasi yang dilakukan yaitu membuat biogas dari feses sapi milik ternak salah satu penduduk setempat. “Biogas sendiri memiliki pengertian yaitu gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang dihasilkan melalui proses fermentasi dari bahan bahan organik dalam kondisi tanpa kehadiran oksigen. Biogas bermanfaat sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah atau gas elpiji (LPG Liquefied Petroleum Gas). Selain itu, hal ini juga membantu dalam penerapan teknologi hijau dengan mengonversi sampah organik menjadi biogas sehingga mengurangi produksi gas rumah kaca,” kata mahasiswa Unsika Prodi Teknik Kimia David Kevin.
Pada 9 Januari 2024, lanjutnya, mahasiswa KKN Unsika mulai melakukan eksperimen untuk pembuatan biogas berskala kecil dengan menggunakan bahan-bahan sederhana seperti galon, selang, lilin, katup kompresor, lem tembak, larutan EM 4 dan bahan utama yaitu kotoran sapi. Setelah merancang dan merakit semua alat, bahan utama yang berupa kotoran sapi dimasukan ke dalam galon. Tahap selanjutnya yaitu menutup tutup galon dan memastikan bahwa tidak adanya celah yang membuat oksigen masuk ke dalam alat yang telah dirakit agar fermentasi terjadi sempurna. Terakhir, yaitu menunggu dekomposisi hingga jangka waktu kurang lebih 14 hari. “Setelah pembuatan biogas ini berhasil, kami sosialisasikan ke warga desa, terlihat respon warga yang cukup antusias untuk membuat biogas. Terbukti dari pertanyaaan warga seperti apakah biogas bisa diganti dengan kotoran lain? pembuatan biogas, dana yang dibutuhkan kira kira berapa banyak? dan aparatur desa juga meminta materi sosialisasi biogas kepada pemateri untuk dibagikan kepada warga yang tertarik untuk membuat biogas,” paparnya.
Tidak hanya di bidang lingkungan, kelompok Mahasiswa KKN Unsika juga melakukan program kerja yang berfokus di bidang edukasi. Program Kerja BERANG (Belajar Riang dan Gembira) yang mengusung konsep pembelajaran di luar sekolah formal dengan metode taman bermain yang diperuntukan untuk anak usia dini dan taman belajar untuk anak kelas 1 dan 2 juga sukses dilaksanakan. Pembelajaran yang dilakukan yaitu, Calistung (Baca, Tulis, dan Hitung), Bahasa Inggris, Pendidikan Kewarganegaraan dan Matematika.
Di bidang sosial, terdapat program kerja sosialisasi pencegahan penyebaran berita bohong (hoaks) yang mana juga mendapat sambutan baik dari pihak desa. Terlebih lagi, kegiatan ini dilakukan sebelum pesta demokrasi dimulai. Jadi, hal ini bertujuan agar masyarakat tidak lagi mudah dipengaruhi oleh berita bohong dari oknum yang tidak bertanggung jawab. Materi yang disampaikan yaitu mengenai perbedaan headline berita yang valid dan tidak, serta kebijakan dalam bermedia sosial. “Tidak hanya itu, pasal UU ITE mengenai penyebaran berita palsu juga turut dipaparkan dalam kegiatan ini,” tambah mahasiswa lainnya Kayla Arditta.
Mahasiswa KKN Unsika juga turut melaksanakan program kerja di bidang Kesehatan dengan mengadakan Sosialisasi Kesehatan Reproduksi yang bertemakan Membangun Kesadaran dan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi untuk Generasi Muda. Tema ini diambil dengan alasan karena topik ini masih tabu di mata masyarakat sehingga jarang ada yang membahas hal ini. Padahal, pembahasan ini merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Terlebih lagi di usia remaja, yang mana usia ini adalah usia peralihan yang masih harus memerlukan banyak edukasi pada setiap aspek kehidupannya. Bagi remaja, menjaga kesehatan reproduksi dengan cara edukasi dapat menimbulkan kesadaran menjaga kebersihan. (rls)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button