Narkoba Bikin Gila
KARAWANG, RAKA – Penyalahgunaan narkotika memiliki dampak yang bahaya bagi penggunanya. Dampak negatif narkotika jelas bukan hanya mempengaruhi fisik, melainkan sangat mempengaruhi psikis penggunanya.
“Memang narkotika itu kan mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku,” terang Dokter Klinik Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Karawang dr Aviando Aditya Putra, beberapa waktu lalu.
Dokter yang akrab disapa Avi ini menjelaskan beberapa negatif jenis-jenis narkotika, yakni stimulan, depresan, dan halusinogen. Narkotika jenis stimulan efeknya adalah memberi stamina, tapi secara tidak langsung membuat daya tahan tubuh turun. Hal ini terjadi sebab penggunaan obat tersebut tidak merasa capek, lapar, sehingga fisik yang diforsir. Saat menggunakan narkotika jenis stimulan, badan dipaksa untuk beraktifitas. Ancaman bahaya juga terutama bagi pengguna yang memiliki riwayat penyakit penyerta seperti darah tinggi, penyalahgunaan narkotika dapat memprburuk kondisinya.
Salah satu contoh narkotika jenis stimulan adalah obat Amfetamin. Amfetamin dapat mengarahkan pengguna pada gangguan kejiwaan. Gejala awal berupa emosi yang tidak stabil, daya konsentrasi menurun sampai akhirnya kejiwaan terganggu.
Sementara itu, narkotika jenis depresan yang saat ini biasanya berupa obat penenang memiliki dampak jangka panjang berupa rasa kurang percaya diri. Kondisi ini menggangu aktifitasnya yang jangka panjang. Avi menceritakan, pernah ada pasiennya yang ketergantungan obat stimulan yang menutup diri dari orang lain bahkan dari orang tua. Akhirnya ia lebih memilih mengurung diri di kamar sehingga otomatis kejiwaannya terganggu. “Jenis inilah yang banyak digunakan oleh para remaja,” ungkapnya.
Sementara itu, narkotika jenia halusinogen seperti ganja, ekstasi, kecubung, magic mushroom mengakibatkan seseorang berhalusinasi. Seringnya berhalusinasi inilah yang menjadi masalah dan menggangu kejiwaannya. Efek negatif lainnya yang paling dihindari adalah kematian. “Obat penenang seperti benzodiazepine jika keterusan kemudian terjadi kejang bisa menyebabkan kematian,” jelasnya.
Masih dikatakan Avi, penyalahgunaan obat yang kerap ngetren digunakan para remaja di Karawang bukanlah narkotika, namun memiliki efek samping seperti narkotika. Contohnya adalah obat mengandung prekursor yang dalam dunia medis digunakan sebagai obat penenang, atau obat anti nyeri. Penyalahgunaannya oleh remaja mengakibatkan konsentrasi belajar berkurang dan produktifitas menurun. “Yang paling dikhawatirkan, saya pernah menemukan kasus pasien yang ginjalnya rusak, karena dia sudah rutin mengkonsumsi (obat penenang),” ceritanya.
Berbagai dampak negatif ini hasil dari konsumsi obat yang sebetulnya mereka tidak perlu terlebih dengan dosis yang tinggi. Ia sendiri menilai para remaja sengaja mencari efek sampingnya. Kalangan remaja kerap menganggap teler itu keren, tapi mereka tidak tahu bahayanya.
Ia mengingatkan bahwa penyebaran narkotika bisa kapan saja dan dimana saja tidak mengenal sekat desa atau kota. Sebab itu ia berpesan kepada masyarakat khususnya pelajar, agar jangan pernah berniat mencoba. Dikatakannya jika sekali mencoba maka akan sulit lepas jika telah ketergantungan. Ia juga berpesan agar para remaja sebaiknya mengisi kegiatan harian dengan hal yang positif.
Lebih lanjut, bagi penyalahguna narkotika bahkan telah kecanduan untuk segera melakukan pengobatan sebelum terlambat. Semakin cepat pengobatan dilakukan maka akan semakin baik, sebaliknya semakin lama maka pemulihannya akan sulit. “Jangan menunggu besok, jangan menunggu kapan, segera rehabilitasi,” pesannya. (psn)