Pelican di Karangpawitan Mubazir
NYEBERANG JALAN: Salah seorang menyeberang pagar di tengah jalan sambil membawa sepeda. Tak berfungsinya pelican, dia terpaksa menghentikan kendaraan yang melintas sendiri tanpa bantuan lampu pelican.
- Ada Tapi tak Berfungsi
KARAWANG, RAKA – Satu-satunya lampu penyeberangan pejalan kaki di Karawang atau yang biasa disebut pelican (pedestrian light controlled crossing) sudah lama tidak berfungsi, bahkan banyak warga tidak mengetahui keberadaannya.
Padahal pelican tersebut berada di Jalan Protokol, tepatnya di Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Karangpawitan dengan intensitas kendaraan yang cenderung ramai. Rusaknya pelican tersebut sangat disayangkan mengingat keberadaannya semestinya dapat membantu pejalan kaki untuk menyeberang, terlebih pelican tersebut menghubungkan lapang Karangpawitan dan Masjid Al Jihad yang ramai dikunjungi warga. Ironisnya lagi, pelican yang seakan tak terurus itu hanya berjarak satu kilometer dari kantor Pemda Karawang.
Kartika Puspita, mahasiswa Karawang mengaku tidak tahu adanya pelican tersebut, padahal letak kampusnya tak jauh dari situ dan ia sering menunggu elf di jalan tersebut. “Aku sudah satu tahun kuliah, sering nunggu elf di sini, tapi gak sadar di situ ada lampu penyebrangan. Kalau ada juga tapi aku gak pernah lihat lampu penyebrangan berfungsi,” tuturnya.
Sama halnya diungkapkan Ahmad Helsan, warga Bandung yang sudah enam tahun menetap di Karawang. Saat itu, ia tengah bersepeda bersama temannya dan kesulitan untuk menyeberang jalan. Ia sendiri mengaku tidak tahu keberadaan pelican di tempatnya menyebrang. “Oh saya gak tahu kalu disitu ada lampu buat penyebrang jalan, tadi juga saya nyebrang udah rentangin tangan tapi ada honda BRV tetap nyelonong,” keluhnya.
Helsan juga mengaku belum pernah melihat ada yang menggunakan pelican tersebut, padahal ia sering bersepeda melalui jalan itu. Menurutnya pemerintah Karawang kurang mensosialisasikannya. Selain itu ia juga mengeluhkan keberadaan pagar di penyebrangan jalan yang menurutnya jarak antar tiang terlalu sempit hingga menyulitkan pesepeda. “Kalau menurut saya mah itu susah banget. itu kan yang ada pagar buat pesepeda, tapi jaraknya harus dilebarin dikit. Itu juga lampu penyebrangan bagusnya dibenerin biar kaya kota-kota lain,” harapnya.
Hal senada diungkapkan Sarah Nurul (16), siswa SMA yang hampir setiap hari menyeberangi jalan Ahmad Yani. Ia mengatakan sebenarnya tahu adanya zebra cross di depan Lapang Karangpawitan, namun ia tidak tahu zebra cross itu dilengkapi dengan lampu penyebrangan. “Aku sih tahu cara pakai lampu penyebrangan, tapi aku gak tahu kalau disitu ada. Gak pernah lihat juga orang lain manfaatin lampu itu,” katanya.
Seorang guru PAUD Henni Lidia mengatakan hal serupa, ia hanya tahu di tempat tersebut ada zebra cross namun tak tahu keberadaan lampu penyebrangan. Malah menurutnya di sekitar zebra cross tersebut kerap jadi tempat ngetem angkot. “Saya harap masyarakat terutama pejalan kaki tahu di situ ada lampu penyebrangan, biar nyebrang disitu apalagi di jam masuk sekolah. Tapi kalau iturusak semoga dishub bisa memperbaiki biar berfungsi dan masyarakat mudah menyebrang,” harapnya. (cr5)