Peretas Akun WA Gentayangan
Minta Pulsa dan Uang
KARAWANG, RAKA – Aksi penipuan dengan modus pembajakan akun WhatsApp (WA) mulai marak terjadi. Si penipu memanfaatkan nomor WA korban untuk meminta pulsa dan uang kepada nomor yang terkoneksi dengan akun korban.
Seperti yang dialami seorang guru swasta di Kotabaru, Irma (45) kemarin malam. Akun WA nya dibajak, kemudian si pembajak bergerilya ke nomor-nomor WA dan grup WA korban dengan modus menanyakan apakah ada yang menjual pulsa? Pertanyaan itu untuk memancing rekan korban yang berbisnis pulsa elektrik. Tidak berapa lama kemudian, satu per satu teman korban yang berjualan pulsa merespon. Mendapat tanggapan dari calon korban, si penipu tersebut akhirnya meminta dikirimi pulsa ratusan ribu rupiah. “Saya kira nomornya engga kena retas. Saya sudah kirim pulsa 200 ribu rupiah, eh ternyata saya kena tipu. Karena teman saya tidak merasa membeli pulsa,” ujar Neni (32) warga Perumahan Kartika Residence, Kecamatan Klari, kemarin.
Irpan Irawan (34) warga Cikopo, Bungursari, Purwakarta mengatakan, dia juga mendapat pesan WA dari korban yang dibajak akunnya. Kemudian, si pembajak meminta dia untuk mengirimkan kode OTP yang terdiri dari enam digit. “Saya tidak mau mengikuti permintaannya, karena teman saya tidak mengerti hal itu. Jadi saya acuhkan saja,” ungkapnya.
Hal serupa juga dialami Nur Alim (24), warga Wancimekar, Kecamatan Kotabaru. Dia pernah menerima telepon dari nomor yang tidak dikenal, setelah ia menjawab teleponnya, nomor tersebut mengaku pamannya yang sedang membutuhkan bantuan dalam perjalanan. Ia dimintai pulsa sebesar Rp400 ribu.
“Karena lagi punya uang langsung aja ke minimarket beli pulsa. Pas nyampe rumah ternyata mamang saya ada lagi jahit topi. Di situ baru sadar kalau saya kena tipu. Ya sudah jadi pelajaran saja,” ungkapnya.
Hal serupa dialami warga Dawuan Timur, Asep Kurnia (26). Awalnya, saat dia membuka WA, aplikasi tersebut meminta kode verifikasi.
Setelah diverifikasi, sejurus kemudian dia kehilangan kendali atas akunnya. “Saya baru tahu pas sore pas buka hp. Mau buka WA harus log in dulu. Terus pas udah aktif, banyak yang chat waalaikumsalam,” tuturnya.
Ternyata, kata dia, sejak pagi akun WA nya dibajak dan digunakan oleh orang lain. Hampir semua kontak yang ada, dikirim pesan oleh pelaku untuk meminjam uang.
“Korbannya ada saudara saya. Dia sudan transfer 300 ribu karena tau nya itu saya yang pinjem,” ungkapnya.
Selain dirinya, lanjut Asep, modus tersebut ternyata sudah sering dilakukan. Bahkan ada juga yang sampai puluhan juta.
“Orangtua teman saya katanya sama kayak gitu, sampai 40 jutaan minjem uang ke orang. Resiko kan harus mengganti,” tambahnya.
Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Singaperbangsa Karawang, Nina Sulistiyowati mengatakan, kebocoran data pribadi dapat menimbulkan kerugian materil. Kerugian materil ini akan lebih besar jika kebocoran data dialami oleh korporat atau organisasi. Kerugian lainnya adalah penyalahgunaan data oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Bukan tidak mungkin seseorang mengatasnamakan diri kita untuk melakukan tindak kriminal.
Menurutnya, masyarakat kerap memberi akses pengembang aplikasi tanpa memahaminya terlebih dahulu, seperti mengakses kontak atau akses galeri. Untuk hal ini sebaiknya masyarakat mengunduh aplikasi dari publisher terpercaya dan aplikasi tersebut memiliki sertifikat keamanan data. “Jangan asal kasih izin asal next saja saat install aplikasi,” ucapnya.
Masyarakat juga mesti berhati-hati menggunaan sosial media. Bijaklah dalam membagikan informasi pribadi dengan memilah mana yang sebaiknya tidak dipublis. Selain itu, batasi siapa yang dapat melihat informasi pribadi. Kepingan informasi pribadi dari sosial media menjadi celah bagi pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan kejahatan. Kebocoran data juga bisa terjadi ketika perangkat hilang dan jatuh ke pihak lain. Sebab itu, sebaiknya manfaatkan fitur pengamanan data pada perangkat yang dapat mengontrol data dari jarak jauh saat perangkat hilang. Dengan fitur tersebut, data pada perangkat bisa dipindahkan atau dihapus serta perangkat yang hilang tersebut dapat diblokir.
Masih dikatakan Nina, pada era saat ini aset penting bukan hanya benda materil melainkan juga data pribadi. Sayangnya masyarakat kerap baru menyadari ini saat mengalami kebocoran data. “Ada dua pilihan dalam menggunakan internet, biasanya kalau kita pengen nyaman ya memang ga aman, kalau kita pengen aman ya memang gak nyaman bikin ribet gitu,” ungkapnya.
Ia mengingatkan masyarakat untuk bijak membagikan data di internet, jangan mudah meberikan data pada pihak lain yang tidak tahu kepentingannya. Sejatinya setiap orang punya hak untuk menanyakan untuk apa data kita digunakan, dan darimana seseorang mendapat data pribadinya. “Pokoknya bijak menggunakan sosial media, bijak menggunakan aplikasi yang ada di handphone kita, bijak membagikan data pribadi,” pesannya. (nce/psn)