Ajengan Wawan Tetap Sederhana
KARAWANG, RAKA – Siapa yang tidak kenal Ajengan Wawan, pengasuh Pondok Pesantren Baitul Burhan di Kampung Jarakah, Desa Lemahduhur, Kecamatan Tempuran Kyai bernama lengkap Sofwan Abdul Ghoni itu sosok yang selalu hidup dalam kesederhanaan hingga akhir hayatnya. Ya, kyai karismatik itu menutup umurnya di usia yang terbilang masih muda yaitu 48 tahun. Tepatnya, Selasa 21 Desember 2021, sekitar pukul 16:30 WIB di Jombang, Jawa Timur.
Lahir 5 September 1973 di Kampung Tegaljati, Desa Cibogo Hilir, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Ajengan Wawan sudah terbiasa hidup di lingkungan pesantren sejak dia masih kecil. Maklum, bapaknya juga ulama kenamaan, KH Burhanudin pengasuh Ponpes Miftahul Huda Al Burhani Plered.
Wawan kecil penyuka ikan asin, menamatkan pendidikan formalnya di SDN Cibogo Hilir 1, kemudian dilanjut ke SMPN 1 Plered. Tamat SMP, dia tidak melanjutkan studinya secara formal. Namun, menggeluti ilmu agama Islam di berbagai pondok pesantren. Seperti Ponpes Baitul Hikmah Tasikmalaya, Ponpes Cikalama Cicalengka hingga Ponpes Al Hidayah Warudoyong Sukabumi.
Cikal bakal berdirinya ponpes Baitul Burhan diawali dari hijrahnya Sofwan Abdul Ghoni dari Plered ke kampung halaman istrinya yaitu ustadzah Imas di Kampung Jarakah, saat usianya menginjak 26 tahun. Nama Baitul diambil dari nama depan ponpes Baitul Hikmah Haur Kuning. Yaitu pesantren pertamanya menimba ilmu. Kemudian Burhan diambil dari nama ponpes Miftahul Huda Al-Burhani, yaitu ponpes milik ayahnya. Maka jadilah nama Baitul Burhan. Pesantren ini pada awalnya berdiri di tanah seluas 1240 meter. Di tahun pertama ada sekitar 20 santri. Berikutnya dalam rentang waktu 1999-2003, jumlah santri mukimin putra-putri mencapai 100 orang. Kebanyakan dari mereka berasal dari luar daerah. Adapun penduduk sekitar kebanyakan hanya mengikuti pengajian di sore hari saja, atau dalam istilah pesantren dikenal dengan sebutan santri kalong. Jumlahnya sekitar 90 orang, terdiri dari anak-anak usia SD, SMP, dan SMA.
Pernah satu waktu, berdasarkan catatan Muhammad Edi Abdillah, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, ada perwakilan dari lembaga internasional yaitu Qatar Foundation yang datang menawarkan dana hibah untuk pembangunan pondok pesantren. Nilainya mencapai miliaran rupiah. Awalnya diterima baik, tetap setelah Ajengan Wawan tahu bahwa Qatar Foundation menjadi salah satu sponsor utama klub-klub sepakbola di Eropa seperti FC Barcelona, akhirnya bantuan dana hibah itu tidak diterima. “Beliau tidak ingin pesantren dibangun dengan dana dari sumber yang tidak jelas,” tulisnya.
Sekretaris Forum Pondok Pesantren Karawang Ajang Saepul Hiyar mengatakan, Ajeungan Wawan meninggal di Jombang. Saat itu dia sedang silaturahmi ke keluarga calon besannya. “Meninggalnya di Jawa (Jombang), bakda ashar sekitar jam 16.30 WIB,” katanya saat dikonfirmasi Radar Karawang.
Kata Ajang, sebelum berangkat ke Jombang, kondisinya sehat bugar dan bahkan di sana juga sempat berfoto bareng keluarga. Menurut Ajang, Ajengan Wawan akan dimakamkan di depan masjid atau di lingkungan Pondok Pesantren Baitul Burhan. “Beliau akan dimakamkan di lokasi pesantren. Karena sesuai wasiat beliau dulu ingin dimakamkan di pesantren,” katanya.
Ajang menyebut Ajeungan Wawan merupakan sosok yang ikhlas dan memiliki perjuangan yang gigih, khususnya untuk mengembangkan pondok pesantren di Karawang, walaupun lokasi pondok Baitul Burhan berada di kampung. Tapi perkembangannya terbilang pesat, dan masyarakat pun turut antusias. “Sekarang santrinya aja mungkin sudah lebih dari 2000, mungkin di Karawang ini bisa dikatakan terbesar kedua setelah Rawamerta,” kata Ajang yang sudah 12 tahun kenal dengan Ajengan Wawan.
Ajang menambahkan, pesan yang selalu disampaikan oleh Kiyai Wawan ini diantaranya terus belajar, jangan lupa berjuang untuk agama, dan terus kembangkan pondok pesantren untuk mendidik generasi bangsa. “Mudah-mudahan perjuangan beliau menjadi jalan untuk masuk ke surganya Allah SWT,” pungkasnya. (mra)