Petani Kecewa Harga Gabah Murah
METROPOLIS, RAKA – Masa panen padi yang sudah lama dinantikan para petani untuk mengambil keuntungan tak semulus harapannya. Petani kembali dipaksa gigit jari dengan harga gabah yang anjlok. Hampir tidak ada solusi dari pemerintah untuk membantu para petani.
Seorang petani, Madi (50) asal Dusun Kecemek, Desa Bayurkidul, Kecamatan Cilamaya Kulon, mengatakan dari awal masa panen hingga sekarang belum diberi nafas segar dengan adanya kenaikan harga beli. “Tadinya saya kira kesininya akan naik. Nyatanya masih sama, di bawah Rp4.000 per kilogram,” katanya.
Padahal, lanjut Madi, mulai dari kalangan bawah hingga pejabat pemerintahan, khususnya orang Indonesia, makanan wajib sehari-harinya adalah nasi yang asalnya dari padi ini. Jika petani sudah tidak mau bertani, siapa yang ngasih makan mereka. “Memang kami juga dibayar, apalagi yang kuli, tapi gimana kalau semua kuli beralih pekerjaan dan gak mau lagi bertani,” tegasnya.
Maka tidak heran juga jika saat ini banyak sawah yang dialihfungsikan menjadi perumahan. Di sisi lain, jarang sekali anak muda yang ingin berfokus untuk bertani, dan lebih memilih kerja menjadi buruh pabrik. “Petaninya sendiri yang ‘kasarnya’ menjadi penopang sekaligus penyuplai makanan tidak dihargai,” ketusnya.
Padahal kata Madi, saat ini hama sudah jarang menyerang, sebagian besar padi mulus. Namun saat seperti ini malah harga padi yang murah. Sementara saat hama menyerang, padi banyak yang gagal panen, harga malah mahal. “Kalau kita di bawah merasa dipermainkan saja,” ujarnya.
Dirinya ingin ada perhatian lebih terhadap para petani, jangan sampai lumbung padi malah menjadi tempat membusuknya para petani. “Saya ingin petani lebih diperhatikan saja,” tutupnya. (rok)