KARAWANG, RAKA – Rumah Sakit Rosela berkerjasama dengan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) selama 3 tahun dalam memberikan pelayanan MOW untuk masyarakat.
Yusuf Anis, Manager HRD Rumah Sakit Rosela menyampaikan untuk pelayanan Metode Operasi Wanita (MOW) menyediakan kapasitas tempat tidur sebanyak 30 unit. Meski begitu telah disiapkan pula tempat tidur tambahan untuk mengatasi adanya peningkatan jumlah pasien saat hari pelaksanaan. “Kerjasama sudah ada 4 tahun, untuk saat ini programnya untuk MOW jadi sterilisasi bagi perempuan. Kita menyediakan kamar dengan 30 tempat tidur, sudah kita siapkan juga untuk tempat tidur tambahan karena antusias di masyarakat sekarang sudah besar. Pernah terjadi peningkatan jumlah pasien saat hari pelaksanaan, satu hari 30 orang tapi pernah sampai terjadi 37 orang. Tenaga kesehatan di ruang operasi terdiri dari 4 dokter obgyn tapi yang paling berperan hanya 2 orang. Di kita belum ada untuk MOP. Pelaksanaan MOP dilaksanakan di tempat lain,” ujarnya, Rabu (31/7).
Ia menjelaskan, sebelum melakukan tindakan operasi kecil, maka pasien akan di periksa kesehatan terlebih dahulu. Kemudian akan diberikan anestesi untuk mengurangi rasa sakit ketika tindakan. Setelah operasi, pasien akan dipindahkan ke ruang rawat untuk masa pemulihan. Pemilihan akan berlangsung selama 8 hingga 10 jam. “Alhamdulilah untuk tempat kita memang sudah menyiapkan, khawatir meningkat. Setiap pelayanan ada 5 sampai 10 tempat tidur tambahan. SOP nya puasa, cek kesehatan, operasi dan berada di ruang pemulihan selama 8 jam,” jelasnya.
Sementara itu Sekretaris DPPKB Karawang, Imam Bahanan mengungkapkan, untuk target pelayanan MOW tahun 2024 ada sebanyak 500 orang. Capaian pasien telah ada sebanyak 313 orang. Jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya. “Target akseptornya meningkat terus setiap tahun, untuk tahun ini 500 orang dan sudah tercapai sampai hari ini ada 313 orang masih sisa 187 orang sampai akhir tahun. Tahun kemarin hanya sekitar 400 orang. Kuota untuk Agustus sudah ada antriannya. Sebenarnya karena program ini pembiayaannya dari BKKBN Pusat untuk MOW, sedangkan untuk MOP belum memadai karena secara anggaran tidak masuk untuk dilakukan pelayanan MOP,” ungkapnya.
Setiap dilakukan tindakan MOW terjadi penumpukan keluarga pasien di koridor rumah sakit, maka sejak Rabu (31/7) telah diberikan himbauan untuk hal tersebut. Kemudian dari DPPKB telah menindaklanjuti himbauan tersebut dengan membuat surat edaran kepada semua koordinator. Ia menyebutkan untuk pasien yang dilayani berasal dari 8 kecamatan. “Mulai hari ini juga Rosela sudah memberikan himbauan kepada kita untuk membatasi keluarga dan plkb yang ikut mengantar tidak menumpuk di ruangan. Kita sudah tindak lanjuti ke setiap koordinator agar satu pasien ditangani oleh satu PLKB. Pelayanan di hari Rabu, lebih sering 2 Minggu sekali. Karena antusiasnya tinggi dan banyak dari wilayah kecamatan yang jauh jadi kami juga mengadakan MOU dengan rumah sakit Dewi Sri dan Jatisari. Karawang Barat, Telukjambe Barat, Pangkalan, Tegalwaru, Klari, Rawamerta, Majalaya, Cilebar. Dari Karawang Barat ada sebanyak 3 akseptor, Telukjambe Barat sebanyak 1, Tegalwaru ada 1, Pangkalan ada 4, Cilebar ada 2, Rawamerta sebanyak 2, Klari sebanyak 3, Majalaya sebanyak 5,” jelasnya.
Suaibah (40), pasien MOW dari Desa Cibalongsari, Kecamatan Klari menyampaikan mengikuti MOW tersebut berasal dari keinginan sendiri. Ia mengikuti MOW itu disebabkan oleh fisik yang sudah tidak kuat serta biaya pendidikan yang telah mahal. “Karena merasa sudah cukup, pendidikan sekarang diutamakan dan fisik saya sudah tidak kuat. Saat proses tidak sakit tapi sekarang ada rasa sakit sedikit. Tadi tindakan operasi pukul 08.00 selesai pukul 08.30. Saya sendiri yang mau dan akhirnya meminta izin ke suami,” tutupnya. (nad)