Stres Pengaruhi Kualitas ASI
Dr Dadan Ramdani Jajuli
Jaga Asupan Nutrisi Selama Puasa
KARAWANG, RAKA – Selama menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, ibu menyusui mesti memperhatikan kecukupan nuutrisi bagi dirinya dan sang buah hati. Sebab itu menjaga kualitas air susu ibu (ASI) menjadi hal yang penting.
Penanggung jawab Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned) Puskesmas Adiarsa, dr. Dadan Ramdani Jajuli menjelaskan tiga faktor utama yang mempengaruhi kualitas ASI. Pertama adalah asupan nutrisi yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan ibu hamil. “Seperti kita tahu kita kenal sekarang makanan gizi seimbang, karbohidrat, protein, sayur, buah, lemak dan susu harus dikonsumsi oleh ibu menyusui,” paparnya, baru-baru ini.
Pada bulan puasa tidak sedikit ibu menyusui yang bermasalah dengan kualitas makan. Ia menyarankan ibu menyusui untuk tetap menjaga asupan gizi seimbang. Perhatikan betul menu makanan baik itu saat sahur maupun berbuka puasa. Faktor kedua yang mempengaruhi kwalitas ASI adalah jumlah asupan air minum. Hal ini mengingat komposisi tubuh manusia 60% adalah air. Dikatakannya, saat menjalankan puasa berpotensi mengalami dehidrasi. Sebab itu ibu menyusui disarankan untuk menjaga asupan air minum saat berbuka dan pada malam hari. “Tetap asupan air minum yang baik itu sekitar dua liter per hari,” terangnya.
Stres menjadi faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi kualitas ASI. Sebab pada prinsipnya ASI merupakan produk hormonal yang dihasilkan sel-sel kelenjar hipofisis pada otak. Jika ibu menyusui mudah stres dan memiliki tingkat stres tinggi akan menganggu produksi ASI. Berkaitan dengan bulan Ramadan, hari-hari pertama puasa bagia sebagian orang akan rentan stres akibat perubahan pola makan. Adapun pada umumnya stres ini bisa disebabkan berbagai macam hal, seperti beban kerja atau keluarga. “Saran saya sih untuk selalu menjaga pola istirahat yang cukup, kualitas tidur yang baik setidaknya menekan tingkat stres,” jelasnya.
Kualitas ASI sendiri tidak bisa dilihat secara kasat mata, perlu ada pengukuran laboratorium dengan parameter yang terukur untuk mengetahui kandungan nutrisi dalam ASI. Meski demikian terdapat gejala secara kasat mata yang menjadi penanda kwalitas ASI, yakni kekentalannya. “Semakin kental, komposisi di dalam ASI semakin baik, semakin encer komposisi dalam ASI nya kurang, tapi untuk memastikannya tetap perlu pengukuran di laboratorium,” paparnya lagi.
Mengenai kuantitas ASI, hal ini dipengaruhi masa menyusui bayi. Kuantitas ASI pada umumnya membentuk grafik parabolik, pada awal menyusui jumlahnya cenderung sedikit dan akan meningkat pada bulan ke-34sampai bulan ke-9. “Nanti akan menurun lagi pada bulan ke-11, bulan ke-12, dan seterusnya, tentunya ini juga seiring dengan tiga faktor tadi,” papar dr. Dadan.
Hal lain yang mesti diperhatikan adalah intensitas ibu menyusui mengeluarkan ASI baik itu secara alamiah saat dihisap oleh sang anak maupun secara manual dengan alat pompa. Semakin teratur ASI dikeluarkan makan akan semakin baik kwalitasnya. Hal ini sebab hormon oksitosin yang dihasilkan kelenjar hipofisis dipengaruhi rangsangan dari puting.
Lebih lanjut ia juga menyampaikan, kadang kala ibu menyusui lupa untuk minum susu, padahal ia mengeluarkan ASI yang isinya kalsium. Hal ini meningkatkan resiko mengalami osteoporis di usia lanjut. Sebab itu ia mengimbau bagi para ibu menyusui untuk meminum susu tinggi kalsium secara teratur. “Ibu menyusuo boleh puasa, tapi tetap menjaga asupan nutrisi yang baik, minum yang cukup, istirahat yang cukup,” pungkasnya.(din)