Tidak Ada Lagi Musim Panen Bagi Seniman Sunda
USIR JENUH: Seniman Sunda, Engkos Kosasih sedang memainkan saron, salah satu instrumen gamelan di Saung Malati Asih
Dibatasi PPKM, Sulit Manggung
KARAWANG, RAKA – Saung Malati Asih namanya, berlokasi di wilayah Desa Curug Kecamatan Klari. Banyaknya pohon-pohon tinggi dan rindang di sekitar saung, menjadikan tempat yang terdiri dari beberapa bangunan dengan bahan bilik bambu yang kokoh ini lebih terasa sejuk, meski di tengah teriknya matahari dan panasnya suhu siang di Karawang.
Saung Malati Asih ini adalah tempat berkumpul para seniman Sunda di Karawang. Mereka berkumpul untuk saling bertukar ilmu seputar seni Sunda. Tujuannya yaitu untuk ngemumule budaya Sunda khususnya di Karawang. Ada seniman lukis, kawih, lengser dan beberapa pemain alat musik lainnya. Untuk menghilangkan kejenuhannya, sesekali para seniman yang tergabung dalam Komunitas Lengser Aki Nini Karawang (Klakar) ini memainkan alat musik tradisional yang tersedia di tempat itu. Tak jarang juga, para seniman Sunda ini mengisi kekosongan waktunya dengan membuat video-video komedi Sunda.
“Ini natural aja gak dirancang dulu. Lagi pada iseng aja bikin film Sunda,” kata Engkos Kosasih saat menunjukan film komedi Sunda yang dibuatnya dengan para seniman di sana.
Ki Atoh, sapaan Engkos Kosasih, mengatakan, aktivitasnya di saung tersebut bersama para lengser dan seniman Sunda lainnya, sudah berjalan selama tiga tahun. Keahlian seninya yaitu menjadi lengser dan seorang pelukis. Sudah banyak cerita dan pengalamannya tampil menjadi lengser di acara hajatan.
Namun sejak pandemi Covid-19 melanda, kebijakan-kebijakan pembatasan kegiatan membuatnya sulit untuk mendapatkan job dan berakting sebagai lengser. Ki Atoh mengatakan, pandemi Covid-19 yang mewabah sejak awal tahun 2020 lalu, sangat berdampak terhadap semua sektor. Tidak terkecuali dia dan teman-temannya yang menjadikan seni sebagai mata pencaharian.
Imbas dari pandemi Covid-19, kata dia, sangat dirasakan oleh para seniman. Bulan haji, bulan Syawal, dan bulan-bulan tertentu lainnya yang seharusnya menjadi musim panen bagi para seniman, tidak lagi menjadi musim panen di masa pandemi.
“Sekarang boro-boro panen. Manggung aja susah. Pengen kaul juga susah karena sedang PPKM,” ungkapnya.
Karena memiliki keahlian sebagai pelukis, Ki Atoh saat ini membuka jasa pembuatan gambar pada kendaraan di rumahnya. Baik roda dua ataupun roda empat. Karena kecintaannya terhadap seni Sunda, dia selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung dan ke Saung Malati Asih yang menjadi tempat kumpul para seniman.
“Di komunitas Klakar ini sudah ada 68 anggota lengser aki nini,” pungkasnya. (nce)