BAWA TASBIH: Karwita berjualan sambil bawa tasbih, setiap hari keliling kampung untuk berjualan.
RENGASDENGKLOK, RAKA – Karwita (50) warga Dusun Jatipereh Desa Amansari, Kecamatan Rengasdengklok, tak pernah lepas dari tasbih dan busana muslim saat berjualan. Setiap hari, pukul 11:00 WIB dia mulai keluar rumah dan mendorong gerobak kecil dagangnya menyusuri Jalan Raya Proklamasi dan sekitarnya. Biasanya dia menunggu pelanggan di pertigaan Jalan Bedang tepatnya di saluran irigasi KW 13 Rengasdengklok dan di depan Rumah Sakit Proklamasi Rengasdengklok. Saat menunggu pembeli, Karwita memutarkan butiran tasbih, kata dia setiap hari selalu memanfaatkan waktu senggang berjualan dengan berdzikir. “Selain mengejar dunia, kita juga harus mengingat Allah dengan dzikir seperti ini,” jelas pria yang berjualan cilok ini kepada Radar Karawang, Selasa (7/1).
Tak hanya itu, Karwita juga kerap meninggalkan gerobaknya saat waktu salat tiba, bahkan dia sampai membawa busana muslim yang disimpan di dalam gerobaknya, dan dia juga tidak ingin ketinggalan salat berjamaah. Pihaknya mengaku tidak ada rasa takut kehilangan dagangannya saat ditinggalkan salat di masjid dekat KW 13 itu. “Saya juga suka adzan Dzuhur atau Asar , kalau misalkan gak ada yang adzan,” kata Karwita yang kerap menggunakan sorban di lehernya itu.
Karwita memiliki dua anak, yang pertama sudah menikah dan yang terakhir masih sekolah SMP. Setiap berjualan, dia sering pulang malam, bahkan sampai jam 02:00 dini hari. “Pulang ke rumah langsung ke musala sampai salat Subuh, terus tidur sampai jam 10 siang, kemudian siap-siap buat jualan lagi,” katanya.
Setiap harinya dia mendapat keuntungan Rp100 ribu, itupun kalau dagangannya habis. Meski penghasilannya hanya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, tapi Karwita memiliki keinginan kuat untuk menunaikan ibadah umroh. “Saya gak punya tabungan, justru punya setoran motor setiap bulannya 500ribu, tapi saya tetap ingin umroh,” pungkasnya. (mra)
