
PURWAKARTA, RAKA – Sejumlah siswa-siswi SMPN 1 Bungursari yang tergabung dalam ekstrakurikuler Eco Print Kriya berbasis Tatanen di Bale Atikan (TdBA) berhasil membuat karya seni bernilai tinggi.
Mereka menciptakan suvenir pernikahan berupa kipas lipat tradisional, pouch (wadah kipas), dan tumbler berlapis motif daun alami yang diambil dari tumbuhan di halaman sekolah.
Program Eco Print Kriya di SMPN 1 Bungursari sudah berjalan selama beberapa tahun. Puncaknya, karya mereka menjadi suvenir yang memeriahkan pernikahan Maula Akbar, putra Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, dengan Putri Karlina, Wakil Bupati Garut, pada Rabu (16/7).
BAca Juga : Pertunjukan Air Mancur Diwarnai Protes Pengunjung
Pembimbing sekaligus guru seni budaya, Ina Rosiantina menuturkan bahwa kegiatan tersebut bertujuan mengasah sensitivitas estetika siswa sekaligus memperkenalkan prinsip keberlanjutan lingkungan.
“Eco print bukan hanya seni mencetak daun ke atas kain. Di balik itu, ada proses berpikir, eksperimen, dan ketekunan. Anak-anak kami belajar mulai dari mengenali jenis daun yang memiliki kandungan tanin tinggi hingga memilih teknik pencetakan yang sesuai untuk tiap proyek,” tutur Ina, Jumat (18/7).
Ina menyebutkan, pembuatan produk suvenir tersebut mennggunakan teknik pounding (pemukulan daun ke media) dipilih karena menghasilkan motif yang lebih segar dan jelas.
Perihal kerajinan anak-anaknya yang mrnjadi suvenir di pernikahan putra Gubernur Jawa Barat, ia mengaku bangga akan hal tersebut. Pihaknya dihubungi oleh Galeri Mandala Karsa untuk memesan 500 unit kipas lipat eco print sebagai suvenir pernikahan.
Tonton Juga : SERANGAN KILAT MARINIR BIKIN MALU INGGRIS DAN MALAYSIA
“Proyek ini dikerjakan dalam waktu tiga minggu, dengan pembagian tugas yang rapi, serta melibatkan sekitar 30 pelajar SMPN 1 Bungursari,” ujarnya.
Para siswa, kata dia, bertanggung jawab mulai dari tahap awal seperti pencetakan motif daun di atas kain, hingga pemotongan, pemasangan kerangka kipas, dan pembuatan pouch.
“Kami tidak sekadar memberi tugas ke siswa. Ini adalah kolaborasi. Kami cek kualitas tiap produk, dan setiap bagian dikerjakan dengan pendampingan intensif,” ucap Ina.
Fika Aisyahrani Hidayah (14), merupakan salah satu dari sekian pelajar yang terlibat langsung dalam proyek ini. Ia menceritakan bahwa proses pengerjaan memerlukan ketelitian tinggi, terutama saat memotong kain berbentuk melengkung untuk rangka kipas.
“Bagian paling sulit itu motong bagian lengkung kipas. Harus hati-hati banget supaya hasilnya rapi. Kalau salah potong bisa ulang dari awal,” kata Fika.
Tak hanya kipas, mereka juga membuat pouch atau wadah kipas yang dijahit dengan tangan. Pembuatannya cukup rumit sehingga harus telaten dalam pengerjaannya.
Para siswa mengaku awalnya tidak tahu bahwa produk mereka akan digunakan dalam pernikahan anak gubernur. Mereka hanya diberi tahu untuk menyelesaikan pesanan dari Galeri Mandala Karsa. Baru di tengah jalan, para guru mengungkap bahwa pemesan adalah Maula Akbar dan Putri Karlina.
“Kami kaget banget. Ternyata produk kami akan dipakai di acara pernikahan besar seperti itu. Bangga rasanya, jadi termotivasi untuk bikin lebih bagus lagi,” ungkapnya.
Lebih dari sekadar menghasilkan produk, proyek ini ditujukan menjadi ruang pembelajaran kehidupan bagi para siswa, belajar disiplin, bekerja dalam tim, menghargai proses, dan menjaga kualitas. Kegiatan ini juga menjadi contoh penerapan pendidikan berbasis proyek (Project Based Learning) di tingkat SMP. (yat)