Kasus Baru PMK Turun 97 Persen,Pencegahan Terus Dilakukan
KARAWANG, RAKA – Meski kasusnya terus mengalami penurunan, namun virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) masih dikhawatirkan peternak. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan hewan mesti rutin dilakukan.
Ketua Himpunan Alumni (HA) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kabupaten Karawang Ivan Kuntara, pihaknya membuat Gerakan Memasyarakatkan Desinfektan dan Minum Empon-Empon (Gema Semponi) untuk mencegah penyebaran virus PMK. Pemerintah daerah telah memberikan dukungan terhadap gerakan tersebut. Kegiatan sosialisasi dilakukan di Desa Wanakerta, Kecamatan Telukjambe Barat. Sebanyak 30 peternak sapi dan domba pun ikut menghadiri. “Alhamdulillah kami telah bertemu secara langsung dengan wakil bupati dan instansi terkait untuk menyampaikan gerakan yang kami ciptakan. Kami telah mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah,” paparnya, baru-baru ini.
Ia memaparkan kembali empon-empon yang digunakan yakni bawang putih, kunyit, temu lawak. Seluruh bahan dapat diperoleh dan dibuat secara mandiri. “Bahan-bahan dapat diperoleh secara murah dan bisa dibuat sendiri di rumah,” imbuhnya.
Sementara itu, perkembangan kasus baru penyakit mulut dan kuku (PMK) harian di Indonesia tercatat turun hingga 96,96 persen. Hal itu merupakan hasil dari upaya keras pemerintah mengendalikan penyebaran virus PMK. “Jumlah ternak sakit karena PMK terus menurun sejak puncak kasus pada 26 Juni 20220 sebanyak 13.546 ekor. Pada 24 Agustus 2022 (pukul 24.00 WIB) jumlah kasus 412 ekor atau turun sebesar 96,96% dari puncak kasus,” kata Koordinator Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Arif Wicaksono.
Dari data di tanggal dan waktu yang sama, perbandingan jumlah terhadap ternak sakit PMK sebesar 68,78% dan rata-rata perbandingan jumlah ternak mati terhadap ternak sakit PMK sebesar 1,34%. Menurut Arif, tingkat keganasan virus PMK lebih besar dibandingkan Covid-19. Bukan tingkat kematiannya yang dikhawatirkan, melainkan penyebaran dan kerugian ekonomi yang ditimbulkan.
Dia mengilustrasikan bila dalam satu tempat ada satu ekor terpapar virus PMK, maka 15 ekor dipastikan terpapar. “Jadi memang sebetulnya PMK itu bukan tingkat kematiannya yang mengkhawatirkan tapi tingkat penyebarannya, tingkat kesakitannya, tingkat kerugian ekonomi yang ditimbulkan. Sebetulnya itu yang mengkhawatirkan PMK bukan kematian tetapi penyakit ekonomi istilahnya,” katanya
Sejak kasus PMK kembali munculnya di Indonesia pada 28 April lalu, pemerintah telah melakukan upaya agar penyebarannya tidak semakin meluas. Arif mengatakan ada tiga prinsip dasar pengendalian PMK yang dilakukan pemerintah. Pertama, mencegah kontak hewan rentan PMK dengan sumber virus PMK, isolasi hewan terpapar PMK, pengendalian lalu lintas hewan ternak dan pengawasan. “Kedua, menghentikan produksi virus dan sirkulasi di lingkungan dengan dekontaminasi dan disposal. Yang ketiga adalah meningkatkan kekebalan hewan rentan dengan vaksinasi,” katanya. (nad/jpg)