HEADLINE

Kaulah Dunia Itu, Ma…

PENUH KASIH SAYANG: Aisyah, ibu Lili Suherman

RENGASDENGKLOK, RAKA – “Untuk dunia, kau hanya satu orang. Tapi bagiku, kaulah dunia itu Mama.” Kalimat itu menjadi ungkapan rasa syukur Kepala Desa Kalangsurya Kecamatan Rengasdengklok Lili Suherman kepada ibunya, setelah ia merasakan kasih sayang, jasa dan pengorbanan seorang ibu.

Menurutnya, tidak ada kalimat yang bisa mewakilkan kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Bahkan, jika mampu digambarkan, jasa dan kasih sayang seorang ibu lebih luas dengan besarnya dunia ini meliputi isinya. “Meski orang lain bilang ibu hanya satu orang, dan memang satu-satunya itu saja yang melahirkan saya. Tapi bagi saya, ibuku lah dunia itu,” ungkapnya.

Ia mengaku tidak berlebihan membandingkan seorang ibu dengan luasnya dunia ini, karena rasa sayang dan sifat pemaafnya memiliki keluasan yang tak terhingga. Bahkan, sifat pemaafnya orangtua, khususnya ibu lebih luas daripada itu.

Dia mencontohkan saat ibu sedang mengandung. Selama sembilan bulan, ibu merasa tersiksa dengan keadaan perut gendut diisi jabang bayi, susah tidur, susah makan, bahkan susah beraktivitas. Namun ketika lahir, bayi yang merepotkannya itu malah dipeluk, disambut tangis kebahagiaan, hingga diasuh dengan cara yang terbaik. Bahkan bisa sampai seperti sekarang ini, jadi pemimpin di satu desa yang tidak bisa dipungkiri, inilah hasil dari belaian kasih sayang seorang ibu, sehingga bisa mengayomi masyarakat. “Maka tidak berlebihan jika saya menyebutkan, luasnya kasih sayang ibu lebih luas daripada luasnya dunia ini,” tuturnya.

Sebaliknya, salah satu guru di SMP negeri, Azizatunnisa, yang sejak duduk di bangku kelas satu tidak mendapat kasih sayang seorang ibu karena menjadi korban kecelakaan. Hingga sekarang sudah berumah tangga, ia mengaku tidak bisa mengadu dan bercerita kebahagiaannya selain kepada suami. “Aku tidak mau anak-anak ku nanti jauh dari kasih sayang ibunya. Cukup aku yang merasakan pahit itu,” ungkapnya.

Sementara untuk mereka yang di luar sana yang masih memiliki ibu, kata Azizatunnisa tolong hargai, hormati dan sayangi dengan tulus ikhlas. Jangan seperti dirinya yang hanya bisa menangis saat ingat ibu, apalagi saat melihat mereka yang bersuka cita dengan ibu. “Di satu sisi, saya senang melihat orang lain bahagia dengan keluarganya, tapi kadang saya suka terlintas dengan bayangan ibu saya yang sudah tiada. Saya mohon kepada kalian yang masih punya ibu, sayangi ibu kalian, seperti ibu menyayangi kita, jangan sampai penyesalan datang ketika ibu sudah tidak ada,” pesannya. (rok)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button