HEADLINE

Kaum Rebahan Mudah Sakit
-Milenial Jarang Bergerak

KARAWANG, RAKA – Anak-anak milenial sangat dimanjakan dengan fasilitas teknologi. Gadget dalam genggamannya seperti buah simalakama. Banyak yang akhirnya kecanduan games online di ponsel. Alhasil, mereka lebih banyak rebahan, jarang beraktivitas fisik. Ujungnya, sudah pasti mudah sakit.
Kepala SDN Palumbonsari IV Nining mengungkapkan, generasi saat ini memiliki fokus yang kurang. Saat anak tidak memiliki fokus maka akan berdampak pada kontrol diri dan gerak refleks. Ia memberikan contoh saat terjadi bahaya pada anak tidak langsung menghindar. Hal ini dikarenakan anak lebih bermain gadget dibandingkan dengan bersosialisasi bersama teman secara langsung. “Jadi sensorik motorik itu adalah keterampilan anak serta melatih kefokusan. Anak itu kalau ga fokus jadi ga punya kontrol, anak jaman sekarang itu kalau ada bahaya gerak refleksnya kurang,” lanjutnya.
Ia mengungkapkan perlu diberikan kegiatan aktivitas yang banyak. Hal ini bertujuan sebagai pemicu untuk meningkatkan sensorik motorik pada anak. Ia menegaskan saat standar operasional dari permainan disampaikan dengan baik maka dapat mengurangi dampak negatif dari permainan. “Anak harus diberikan aktivitas fisik sehingga sensornya itu jalan supaya kalau misal ada bunyi klakson minggir, ada teman yang terluka bergerak membantu, merespon panggilan dengan cepat,” ujarnya.
Rahma, pecinta anak yang sedang mengenyam pendidikan S2 jurusan manajemen di Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) mengatakan, gadget merupakan salah satu persoalan bagi generasi milenial, terutama bagi anak usia dini. Pasalnya, karakter anak yang selalu penasaran dan ingin tahu membuat mereka banyak mencoba, bahkan tidak menutup kemungkinan dapat mengakses informasi yang negatif. “Di sini peran orang tua harus lebih aktif dan tidak boleh lengah saat anak-anak bermain HP,” jelasnya.
Selain dikhawatirkan mengakses informasi negatif, lanjut Rahma, anak yang sering bermain handphone juga dapat menyebabkan ketidakpedulian terhadap dunia nyata, alias orang-orang di sekelilingnya seperti tetangga, keluraga bahkan terhadap orang tua sendiri. Dia mengatakan, keseringan main handphone membuat anak menjadi autis dan susah dikendalikan oleh orang tuanya. “Kadang kalau anak sudah main Hp itu fokus dan tidak mau diganggu,” ujarnya.
Memang menurut Rahma, memainkan handphone adalah salah satu rutinitas yang sulit dipisahkan dengan anak, karena ada beberapa dampak postif yang dapat diakses melalui gadget, seperti mencari bahan pengetahuan maupun permainan yang mengarah pada pendidikan. Tapi jika dibandingkan permainan dulu dengan sekarang, rupanya tak jauh berbeda. Bahkan lebih ramah permainan nyata dibandingkan dengan hiburan melalui smartphone. Meski dibalik Hp terdapat manfaatnya, tak sedikit pula negatifnya. “Orang tua harus bisa membatasi anak untuk bermain Hp, kemudian orang tua juga harus meluangkan banyak waktu untuk berinteraksi dengan anak,” pungkasnya. (mra)

Related Articles

Back to top button