PURWAKARTA

KBM Daring Direspon Positif

KBM ONLINE : Tangkapan layar proses PJJ/KBM daring yang dilakukan Sekolah Tahfiz Plus Khoiru Ummah Cabang Purwakarta.

PURWAKARTA, RAKA – Sekolah Tahfiz Plus (STP) Khoiru Ummah Cabang Purwakarta mengklaim jika sistem pendidikan jarak jauh (PJJ) atau kegiatan belajar mengajar (KBM) daring yang diterapkan selama pandemi Covid-19 mendapatkan respon positif dari orang tua siswa.

Kepala STP Khoiru Ummah Purwakarta Adriansah menyebutkan, respon positif tersebut dibuktikan melalui angket yang diberikan kepada orang tua siswa untuk kemudian diisi angket tersebut terdiri dari enam buah pertanyaan. “Pertanyaan pertama sampai ketiga berisi pendapat orang tua dan peserta didik mengenai materi yang diberikan guru. Adapun pertanyaan keempat sampai keenam mengenai metode, media, dan evaluasi yang digunakan guru,” kata Adriansah di STP Khoiru Ummah, Klaster Puri Nirana Cigelam, Jalan Alternatif Kawasan BIC, Desa Cigelam, Kecamatan Babakancikao, Purwakarta, Selasa (16/2).

Berdasarkan hasil angket tersebut, sambungnya, didapat rekapitulasi data keseluruhan responden. “Jika dilihat dari poin pertanyaan pertama sampai keenam, maka kepuasan orang tua peserta didik terhadap kinerja guru selama pembelajaran jarak jauh/online ini sudah cukup bagus,” ucap Adriansah.

Artinya, lanjut Adriansah, materi yang diberikan guru tidak memberatkan peserta didik. Ini dilihat dari jumlah persentase jawaban “tidak” sebanyak 48,28 persen. Adapun jawaban “cukup” persentasenya 41,38 persen, sedangkan jawaban “sangat” hanya 3,45 persen.

Pun halnya dengan materi yang diberikan oleh guru sudah bagus dan sesuai dengan kemampuan peserta didik. Ini dapat dilihat dari presentase 58,62 persen yang menjawab “ya”. “Hasil evaluasi pelaksanaan PJJ atau KBM daring terhadap guru, khususnya di STP Khoiru Ummah Purwakarta sudah bagus. Yakni, dengan respons positif yang diberikan orang tua peserta didik yang berdasarkan hasil angket yang disebar sekolah,” ujarnya.

Meski begitu, lanjutnya, tugas yang diberikan oleh guru terhadap peserta didik selama PJJ diperlukan adanya evaluasi. “Terkait penilaian di setiap jenjang kelas diberikan dengan cara penugasan, LKS, dan tes daring. Ketiga cara tersebut dilakukan dengan tujuan dapat menilai peserta didik yang sudah mampu dan belum mampu memahami materi pembelajaran,” kata Adriansah.

Jika ada peserta didik yang sudah melewati ketiga tahap tersebut namun dinilai belum mampu memahami materi, maka guru pun akan melakukan tindak lanjut (pengayaan). Diakuinya, PJJ bukan hal yang mudah, bahkan tidak menutup kemungkinan ada beberapa kendala atau hambatan saat melaksanakannya. “Hal ini terjadi dikarenakan kurangnya informasi dan komunikasi antara pihak guru dan orang tua peserta didik mengenai teknis pembelajaran jarak jauh ini,” ujarnya.

Sebagian besar orang tua yang sudah melek teknologi, kata Adriansah, tidak terlalu merasa terbebani dengan penggunaan beberapa aplikasi IT yang dapat menunjang keberlangsungan pembelajaran daring. “Namun, ada beberapa orang tua yang mengeluhkan penggunaan aplikasi IT yang menyulitkan orang tua peserta didik dalam menggunakannya,” kata dia.
Solusi yang dapat dilakukan, sambungnya, adalah menjalin kerjasama dan sinergitas yang baik antara orang tua peserta didik dengan guru. “Untuk orang tua yang masih gagap dalam penggunaan IT, maka guru harus memberikan pemahaman dan penggunaan aplikasi tersebut terlebih dahulu,” pungkasnya. (gan)

Related Articles

Back to top button