PURWAKARTA

KBM Tatap Muka Diserahkan ke Sekolah

SAMPAIKAN MATERI : Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda saat menyampaikan materi pendidikan di hadapan para kepala sekolah. Salah satu yang diabahas adalah kegiatan belajar mengajar dengan tatap muka.

PURWAKARTA, RAKA – DPR RI merekomendasikan agar sekolah yang berada di zona kuning bisa memulai menyelenggarakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka dengan tetap memastikan adanya jaminan keselamatan anak dari paparan virus Covid-19.

Demikian disampaikan Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda pada Workshop Pendidikan Tantangan dan Harapan Baru Dunia Pendidikan Indonesia Kerjasama Ketua Komisi X DPR RI dengan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di Grahavidya Jatiluhur, Purwakarta, Kamis (13/8). “Kita ketahui bersama, kementerian pendidikan dan kebudayaan juga sudah mengambil keputusan terkait hal itu meski masih pro kontra,” kata Kang Huda.

Menurutnya, sekarang tinggal bagaimana kebijakan masing-masing sekolah dan pemerintah daerah kapan akan dimulai. Pada prinsipnya daerah zona kuning sudah bisa melaksanakan KBM tatap muka.

Ia juga menyarankan, pada pelaksanaannya pihak sekolah harus menerapkan protokol kesehatan ketat, kelas diisi setengah dari jumlah siswa dan kegiatan belajar mengajar tak lebih dari tiga jam. “Sekolah juga harus menerapkan sistem shif untuk menghindari kerumunan,” ujarnya.

Diketahui, kegiatan workshop ini menghadirkan pakar pendidikan, Muhsin Ibnu Djuhan, Dirjen GTK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, Purwanto.

Dalam keterangannya, Purwanto mengatakan, kegiatan workshop pendidikan bertajuk tantangan dan harapan baru dunia pendidikan Indonesia adalah hasil kerjasama Komisi X DPR RI Dengan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Menurutnya, para kepala SD, SMP, SMA/SMK di wilayah Kabupaten Purwakarta terlibat sebagai peserta pada kegiatan ini. Purwanto juga menyampaikan, bahwa proses pembelajaran dimasa pandemi di Purwakarta dilalukan secara daring. Dia juga meminta para guru untuk tidak membebani orangtua siswa. Jangan sampai memberikan tugas dan fungsi sebagai tenaga pengajar dibebankan kepada orangtua siswa. “Para guru dituntut untuk bisa berpikir alternatif. Saya sarankan keluarlah dari kebiasaan (out of the box). Jangan terpaku pada dokumen kurikulum yang tertulis. Kita semua tahu ada istilah kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) dalam dunia pendidikan,” ujarnya, seraya berharap, output dari workshop dapat memberikan solusi yang baik terhadap problematika pendidikan yang terjadi belakangan hari ini. (gan)

Related Articles

Back to top button