Karawang
Trending

Kembangkan Model Pertanian Sirkular Terintegrasi

TIRTAMULYA, RAKA- Utusan Khusus Presiden (UKP) Bidang Ketahanan Pangan Muhammad Mardiono melaksanakan panen raya pada lahan petani binaan Kantor Utusan Khusus Presiden di Kecamatan Tirtamulya, Sabtu (26/4). Panen raya dilakukan di lahan seluas 10 hektare dari total 50 hektare binaan UKP. Panen raya kali ini sedikit berbeda dengan panen raya di wilayah lain, karena pada lahan di Karawang ini dikembangkan dengan model pertanian sirkular terintegrasi.

“Dalam rangka mewujudkan salah satu asta cita Presiden Prabowo Subianto yaitu mewujudkan swasembada pangan, hari ini saya melakukan panen raya pada lahan seluas 10 hektare dari total 50 hektare binaan Kantor Utusan Khusus Presiden Bidang Ketahanan Pangan,“ ujar Muhammad Mardiono, Sabtu (26/4).

Baca Juga : Kurangi Ketergantungan Impor, Petani Diminta Tanam Kedelai

Lebih lanjut, Muhamad Mardiono menyebut bahwa panen kali ini mampu menghasilkan produksi gabah rata-rata 6 ton per hektare. “Panen raya kali ini sedikit berbeda dengan panen raya di wilayah lain, karena pada lahan di Karawang ini dikembangkan model pertanian sirkular terintegrasi,” jelasnya.

Diketahui, model pertanian sirkular terintegrasi yang dilaksanakan di Karawang ini merupakan inisiasi oleh Sri Darmono Susilo, di bawah binaan UKP Ketahanan Pangan. Di mana model pertanian sirkular terintegrasi ini mengembangkan pertanian yang dikombinasikan dengan peternakan.

“Model pertanian ini lebih ramah lingkungan karena menggunakan kotoran hewan sebagai penyubur tanamannya, sehingga mampu juga mengurangi penggunaan pupuk anorganik lebih dari 50 persen,”ungkapnya.

Tonton Juga : HAJI UMAR TEKUK MASTER KARATE JEPANG

Menurut Mardiono, produksi beras yang dihasilkan dari model pertanian sirkular terintegrasi ini akan lebih sehat jika dibandingkan dengan pertanian yang menggunakan pupuk anorganik. Selain itu, penggunaan kotoran hewan tersebut akan mampu mengembalikan kesuburan lahan akibat penggunaan pupuk anorganik yang berkepanjangan selama ini.

“Penerapan pertanian terintegrasi berperan penting dalam mendukung keberhasilan Program Makan Bergizi Gratis Presiden Bapak Prabowo Subianto. Sistem ini mampu memastikan pasokan pangan yang cukup, sehat, dan terjangkau dengan tetap menjaga keberlanjutan sumber daya alam. Keberhasilan program ini tidak hanya memberikan manfaat langsung berupa peningkatan asupan gizi masyarakat, tetapi juga menciptakan dampak positif jangka panjang terhadap sektor pertanian nasional,”terangnya.

Mardiono pun berharap, ke depan perlu dikembangkan lebih luas lagi terkait penerapan model pertanian sirkular terintegrasi yang berada dalam satu hamparan. “Penerapan dalam satu hamparan akan dapat mengimplementasikan secara penuh pertanian sirkular terintegrasi berbasis closed-loop system sehingga pertanian akan lebih mandiri, efisien dan berkelanjutan,” harapnya.

Inisiasitor pertanian sirkular terintegrasi di Karawang Sri Darmono Susilo mengatakan, dari peternakan sapi dan domda pihaknya mendapatkan empat keuntungan yang diantaranya menjadi makanan, pupuk, gas, dan pakan magot serta yang lainnya.

“Kemudian pupuknya kita bawa ke sawah dan ke kebun. Di kebun ada tanaman padi dan buah-buahan. Di situ semuanya baik dari beras, daging dan telur, karena kita juga memelihara bebek di lamparan itu, semuanya dibawa ke rumah makan,” paparnya.

Menurutnya, satu hektar lahan sawah dapat menghasil panen rata-rata 6 ton gabah. Dalam satu sistem pertanian sirkular sebanyak 120 hektar membutuhkan 100 ekor sapi atau 600 ekor domba. Sistem tersebut dapat dilakukan di mana pun, namun produknya harus disesuaikan dengan kondisi tanah dan kalcer masyarakatnya.

“Di sini kami melakukan pengiriman pupuk dalam sehari empat kali atau sebanyak empat tangki. Satu tangkinya misalkan 1.000 liter, perliternya Rp 100 rupiah, dengan biaya anternya jadi sekitar Rp. 2 juta rupiah,”tutupnya. (zal)

Related Articles

Back to top button