Kemiskinan Melilit Buruh Kerupuk
Sahur Hanya Makan Mie
RENGASDENGKLOK, RAKA – Bersyukurlan orang-orang yang memiliki kemampuan finansial, karena sehari sebelum Ramadan, biasanya memasak masakan terenak. Maka wajar jika pedagang daging sapi mendapat untung besar, karena jumlah pelanggan membengkak. Begitupun dengan pedagang daging ayam, mereka juga kelimpahan untung karena banyak masyarakat yang tidak mampu beli daging sapi, beralih ke daging ayam.
Namun, bagaimana jika masyarakat berekonomi pas-pasan bahkan kurang. Munggahan bukan hal istimewa bagi mereka. Karena tidak ada yang bisa mereka masak secara berlebihan.
Dacih (50) warga Kalimati Rengasdengklok misalnya. Sejak ditinggal mati suaminya tahun 2008, kehidupannya semakin sulit. Apalagi, dia tidak mempunyai keturunan. Saat orang lain ramai-ramai membeli daging, dia hanya bisa termangu dan pasrah dengan keadaan. “Orang lain beli daging, saya tidak karena gak punya uang. Nanti sahur pertama Alhamdulillah bisa makan daging, itu juga dikasih ayam satu sama adik,” jelasnya kepada Radar Karawang, Minggu (5/5).
Dacih menyampaikan, setiap bulan puasa tidak ada persiapan makanan apapun untuk persiapan sahur maupun buka puasa, dia mengaku kadang kalau sahur suka ada yang ngasih dari tetangga. “Kalau makan sama apa saja, kadang sayur asem, paling kalau sahur suka sama mie,” pungkasnya
Ia melanjutkan, sudah 10 tahun suaminya meninggal dunia akibat serangan jantung. sejak itu, dia memaksakan diri bekerja di pabrik kerupuk untuk biaya hidup sehari-hari. “Penghasilan di pabrik kerupuk tidak tentu, kadang Rp85 ribu, bahkan Rp25 ribu per hari. Waktu kerjanya jam 6.00 sampai jam 11.00,” ujarnya.
Sampai saat inipun dia luput dari bantuan pemerintah. Padahal, tahun lalu rumahnya sempat kena banjir, dan dia terpaksa mengungsi ke mushola. Begitu pun saat sakit, biaya berobat mengandalkan saudaranya. “Dulu dirawat di rumah sakit akibat tipes, sampai habis Rp900 ribu,” katanya.(cr4)